BACA JUGA:Dukung Relawan Bakti BUMN ke Samboja dan IKN, Rehabilitasi Orangutan dan Mangrove
BACA JUGA:Polres Musi Rawas Menolak Permintaan Rehabilitasi Tiga Pemuja Sabu
Sehingga ke depan, menurut Vino, dia akan lebih mudah mengelola pola hidup mereka. Kemudian peningkatkan disiplin, mulai dari membenahi diri sendiri, merapikan tempat tidur, dan lain-lain supaya tidak tergantung dengan orang lain. Lalu bagaimana menyatakan residen itu sehat? "Mereka tidak bisa dibilang sehat. Mereka semuanya secara fisik sehat-sehat saja. Hanya pola pikir mereka, dimana mereka tidak bisa lepas dari ketergantungan napza. Lebih tepat mereka dikatakan pulih, sebab tidak menutup kemungkinan walaupun sudah 90 hari direhab setelah keluar beberapa hari ia bisa menggunakan narkoba lagi,” kata Vino.
Rehabilitasi sendiri, sambung Vino, bagaimana mengajari trik-trik ketika ia keluar dari rehabilitasi. Di dunia mainstream bisa menghindari teman-teman mereka yang masih kecanduan. Otomatis harus ada rangkulan dari keluarga karena dukungan keluarga adalah yang utama agar mereka tak lagi menggunakannya.
Saat ini ruang napza RS Ernaldi Bahar sendiri dapat menampung 30-40 orang residen. Sekarang ada 32 residen, terbagi didetox dan rehabilitasi. Detox merupakan ruang tempat menyambut residen pertama kali masuk RS. Mengapa harus didetox? Menjawab ini, menurut Vino, otomatis zat-zat pemakaian masih berpengaruh. Kadang emosi masih labil, dan masih mudah marah. Jadi diletakkan di detox. Tugas detox, ranahnya dokter dan perawat.
Di detox sendiri, residen akan diberi obat, biar racun yang ada dalam tubuh keluar semua. “Dibersihkan dulu, waktu pembersihan tergantung dokter. Jika residen sudah mulai bagus dan bisa join program kita, baru dimasukkan ke rehabilitasi," ujarnya. Bagi residen yang tidak mengikuti program akan mendapatkan sanksi atau hukuman. Sanksinya bermacam, seperti residen harus menulis dan mengarang.
BACA JUGA:Target Rehabiliitasi DAS 35.740,59 Ha, Dirjen PKTL Tinjau Lokasi Rehabilitasi DAS
Kata Vino, mereka yang masuk rehabilitasi yang dimainkan pola pikirnya. Kalau selama mereka kecanduan, yang bekerja adalah otak kirinya. Kini diubah otak kanannya yang bekerja. Sejauh ini residen yang masuk rehabilitasi beragam alasan. Mulai dari mengikuti teman, lingkungan, keluarga, broken home dan lainnya.
Untuk lepas dari napza, Vino punya trik atau strategi. “Yah kita capek saja. Ketika sudah menggunakan barang napza tidak akan ada habis-habisnya. Jadi hidup kita yang diatur, bukan kita mengatur hidup," ujarnya. Namun hal utama dirinya mulai berhenti adalah motivasi dari anak dan istri.
Jika residen hasil rehabilitasi RS Ernaldi Bahar pulih, dia senang sekali. “Saya punya filosofi. Karena seorang mantan membantu orang lain, sama saja saya membantu diri sendiri. Dengan menegur mereka sama halnya menegur diri sendiri. Kenapa mereka saya suruh untuk berhenti tidak boleh makai, seperti itu juga saya harus menjaga recovery," tandasnya.