Jelang Nataru, Inflasi Sumsel Bergerak, Dipicu Harga Tomat, Bawang Merah hingga Minyak Goreng

Senin 02 Dec 2024 - 19:36 WIB
Reporter : Agustina
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Jelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), inflasi di Sumatera Selatan mulai bergerak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, di antaranya pemicu di inflasi November yaitu kenaikan harga tomat dan bawang merah.

Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto mengatakan, inflasi  di November  sebesar 0,58 persen, naik dibandingkan Oktober 2024. "Artinya  ada pergerakan  harga komoditas barang dan jasa di November dibandingkan Oktober,"  jelasnya, Senin (2/12).

Menurut dia, pemicu inflasi di November karena  kenaikan harga  BBM walaupun untuk yang kelas tertentu. Juga karena minyak goreng naik. "Kenaikan minyak goreng karena minyak curah mulai langkah setelah beredar informasi pemerintah akan membatasi peredaran minyak curah dan konsumen banyak beralih ke minyak kemasan," jelasnya. 

Yang juga tinggi kenaikannya yaitu harga tomat dan bawang  merah  karena  sentra panennya ada, tapi hasil produksinya tidak banyak. "Di Muara Enim dorongan inflasinya tinggi dari satu komoditi saja,yaitu tomat yang naiknya  berkali-kali  lipat," katanya. 

BACA JUGA:Inflasi IHK Oktober 2024 Terkendali, Bank Indonesia Optimis Hadapi Tantangan Ekonomi

BACA JUGA:Tarif Angkutan-Sembako Potensi Naik Harga, Bisa Picu Inflasi Akhir Tahun, Pemprov-BI Waspada

Namun, melihat inflasi year on year atau setahun  kebelakang, Sumsel masih 0,73 persen. Secara year to date (Januari-November 2024)  di angka 0, 70 persen.  "Kalau kita bicara  inflasi  harus melihat dari dua sisi, yaitu  sisi konsumen  dan produsen. Dari sisi konsumen  kenaikan  jangan terlalu  tinggi. Dari sisi produsen  juga tidak bagus kalau inflasinya terus  menerus di level  rendah," jelasnya.

Sumsel  menargetkan tingkat inflasi  di angka 2,5 persen, plus minus 1 persen. Pada titik rendah minimal 1,5 persen. Maksimumnya 3,5 persen."Kita tinggal satu bulan di Desember. Dengan ada  momen Nataru yang akan mendorong meningkatkan  konsumsi  masyarakat," beber dia.

Beberapa  kebijakan  untuk  mengantisipasi tekanan inflasi  tinggi dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan penurunan  tarif angkutan  udara sebesar  10 persen. "Kita lihat pergerakan satu tahun terakhir, ini inflasi  tertinggi dan kita berhasil mengendalikan tingkat inflasi dari Januari - sampai saat ini," pungkas Wahyu.

 

 

 

Kategori :