Jelang Nataru, Inflasi Sumsel Bergerak, Dipicu Harga Tomat, Bawang Merah hingga Minyak Goreng
INFLASI: Tomat, bawang merah dan minyak goreng di antara sembako yang jadi pemicu inflasi di Sumsel.-foto: alfery/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Jelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), inflasi di Sumatera Selatan mulai bergerak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, di antaranya pemicu di inflasi November yaitu kenaikan harga tomat dan bawang merah.
Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto mengatakan, inflasi di November sebesar 0,58 persen, naik dibandingkan Oktober 2024. "Artinya ada pergerakan harga komoditas barang dan jasa di November dibandingkan Oktober," jelasnya, Senin (2/12).
Menurut dia, pemicu inflasi di November karena kenaikan harga BBM walaupun untuk yang kelas tertentu. Juga karena minyak goreng naik. "Kenaikan minyak goreng karena minyak curah mulai langkah setelah beredar informasi pemerintah akan membatasi peredaran minyak curah dan konsumen banyak beralih ke minyak kemasan," jelasnya.
Yang juga tinggi kenaikannya yaitu harga tomat dan bawang merah karena sentra panennya ada, tapi hasil produksinya tidak banyak. "Di Muara Enim dorongan inflasinya tinggi dari satu komoditi saja,yaitu tomat yang naiknya berkali-kali lipat," katanya.
BACA JUGA:Inflasi IHK Oktober 2024 Terkendali, Bank Indonesia Optimis Hadapi Tantangan Ekonomi
BACA JUGA:Tarif Angkutan-Sembako Potensi Naik Harga, Bisa Picu Inflasi Akhir Tahun, Pemprov-BI Waspada
Namun, melihat inflasi year on year atau setahun kebelakang, Sumsel masih 0,73 persen. Secara year to date (Januari-November 2024) di angka 0, 70 persen. "Kalau kita bicara inflasi harus melihat dari dua sisi, yaitu sisi konsumen dan produsen. Dari sisi konsumen kenaikan jangan terlalu tinggi. Dari sisi produsen juga tidak bagus kalau inflasinya terus menerus di level rendah," jelasnya.
Sumsel menargetkan tingkat inflasi di angka 2,5 persen, plus minus 1 persen. Pada titik rendah minimal 1,5 persen. Maksimumnya 3,5 persen."Kita tinggal satu bulan di Desember. Dengan ada momen Nataru yang akan mendorong meningkatkan konsumsi masyarakat," beber dia.
Beberapa kebijakan untuk mengantisipasi tekanan inflasi tinggi dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan penurunan tarif angkutan udara sebesar 10 persen. "Kita lihat pergerakan satu tahun terakhir, ini inflasi tertinggi dan kita berhasil mengendalikan tingkat inflasi dari Januari - sampai saat ini," pungkas Wahyu.