Kebijakan Protektif Trump: Dampaknya pada Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Perang Dagang AS-China

Rabu 13 Nov 2024 - 21:01 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Rian Sumeks

JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID  - Kebijakan protektif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang dikenal dengan slogan "America First", semakin memunculkan dampak global yang luas.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), Sunarso, mengungkapkan bahwa kebijakan ini tidak hanya berpotensi mengubah dinamika ekonomi domestik AS, tetapi juga bisa memberikan dampak signifikan pada perekonomian Indonesia.

Hal ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta pada Rabu (13/11/2024).

Sunarso menjelaskan bahwa kebijakan yang mengutamakan kepentingan dalam negeri AS tersebut, berpotensi mendorong terjadinya proteksionisme ekonomi.

BACA JUGA:Eks Anggota DPRD Prabumulih Ditetapkan Tersangka Kasus Penipuan Penggelapan, Kuasa Hukum Ajukan Perkara Ulang

BACA JUGA:‘Sang Purba’ Lestarikan Budaya Banyuasin

Proteksionisme sendiri merupakan kebijakan yang berusaha melindungi industri dalam negeri melalui pengenaan tarif impor tinggi dan pembatasan perdagangan internasional. Salah satu konsekuensi dari kebijakan ini, menurut Sunarso, adalah peningkatan inflasi di AS. Inflasi yang meningkat tersebut, lanjutnya, dapat memicu langkah respons dari Bank Sentral AS (The Fed), yaitu dengan menaikkan suku bunga.

“Presiden Trump mungkin tidak selalu konsisten, namun arah kebijakannya cenderung lebih protektif terhadap ekonomi AS. Hal ini berpotensi mendorong inflasi di AS yang kemudian bisa mempengaruhi keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga,” ujar Sunarso dalam kesempatan tersebut.

Meskipun demikian, ia juga menegaskan bahwa kemungkinan respons The Fed terhadap inflasi tersebut masih belum bisa dipastikan. “Pertanyaannya adalah apakah inflasi yang timbul dari kebijakan proteksionisme langsung direspons dengan kenaikan suku bunga? Ini masih menjadi ketidakpastian, meskipun secara teori, itu bisa terjadi,” tambahnya.

Ancaman Perang Dagang AS-China dan Dampaknya bagi Indonesia

Sunarso memperkirakan, jika kebijakan proteksionisme AS berlanjut, potensi terjadinya perang dagang dengan China akan semakin besar. Situasi ini tentunya memberikan dampak langsung pada ekonomi Indonesia, mengingat besarnya hubungan dagang Indonesia dengan kedua negara besar tersebut.

Menurut Sunarso, jika perang dagang antara AS dan China benar-benar terjadi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi turun hingga kisaran 4,7% sampai 5,03%. “Jika China membalas dengan perang dagang, dampaknya akan sangat terasa bagi Indonesia, dan kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tertekan di kisaran tersebut,” ungkap Sunarso.

Tak hanya itu, dampak dari kebijakan proteksionisme AS bisa semakin berat jika negara-negara lain juga melakukan balasan dengan kebijakan serupa. Dalam skenario terburuk ini, Sunarso memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih rendah lagi, mencapai 4,6% hingga 4,9%. "Jika negara-negara lain turut membalas kebijakan proteksionisme AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa semakin tertekan," lanjutnya.

Korelasi Ekonomi Indonesia dengan AS dan China

Sunarso menyoroti bahwa perekonomian Indonesia memiliki korelasi yang lebih kuat dengan ekonomi China dibandingkan dengan AS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia memiliki indeks korelasi sebesar 0,351 dengan China, sementara dengan AS sedikit lebih rendah, yakni 0,347. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan dalam pertumbuhan ekonomi China cenderung lebih mempengaruhi ekonomi Indonesia dibandingkan dengan perubahan yang terjadi di AS.

Kategori :