David menegaskan bahwa prinsip yang harus dipegang oleh para penyelam adalah menyudahi aktivitas jika tubuh sudah dingin. Penyelam lantas beristirahat di perahu. ’’Harus ada kopi di perahu. Itu wajib hukumnya sebagai penghangat tubuh,’’ tegas David.
Saat ini banyak penyelam yang beralih lokasi. Karena di Sungai Musi, sudah sulit mendapatkan harga karun. Umumnya para penyelam kini hijrah pindah ke Sungai di provinsi Jambi.
“Kebanyakan kawan-kawan memang pindah ke provinsi Jambi. Karena sulit mendapatkan harga karun di Sungai Musi,” ungkap David. Ditempat yang baru, skill yang mereka gunakan tidak jauh beda dengan menyelam di sungai Musi.
Ada waktu-waktu tertentu mereka bisa menyelam tanpa harus berhadapan dengan arus bawah Sungai yang kencang.
BACA JUGA:Inovasi Disdikbud OKU Timur, Dorong SD dan SMP Jadi Sekolah Rujukan Google 2024
BACA JUGA:Cara Tukar Kode Redeem Honor of Kings 13 November 2024 untuk Hadiah Eksklusif
“Kalau tengah pasang ataupun tidak pasang maka arus Sungai dapat dipastikan cukup deras. Tetapi, Ketika pasang tiba beberapa waktu kemudian kita bisa menyelam. Kondisi arus bawah sedikit tenang. Sebelum pasang berubah menjadi arus balik ke laut,” kata dia.
Selama di Jambi, menurut David, rekan-rekan dia bertahan untuk terus menyambung hidup.
“Alhamdulillah ada saja yang mereka temukan didasar Sungai. Kadang piring, guci dan peralatan kuno lainnya. Tetapi, melihat hal ini tentu tidak mungkin dijadikan pekerjaan terus menerus. Tidak hanya tubuh yang semakin menua dan berkurangnya daya tahan. Pastinya, Ketika harta karun di dasar Sungai telah diangkat, otomatis akan berkurang dan habis,” pungkasnya.