“Jika kontrol publik yang dimaksudkan berujung pada intervensi terhadap hak-hak masyarakat, maka ini bisa berbahaya bagi dinamika demokrasi di Muba,” tambah Bagindo.
Alih-alih memperkuat hubungan dengan masyarakat, rencana ini dianggap berpotensi menciptakan berbagai praktik anti-demokrasi.
Dalam sebuah sistem demokrasi yang sehat, kebebasan berpendapat dan ruang publik yang terbuka adalah fondasi yang tak tergantikan untuk pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
“Jika Toha Tohet benar-benar berniat melakukan kontrol publik, maka ia sebenarnya tidak memahami apa yang dimaksud dengan demokrasi dan artikulasi yang tepat. Lebih parah lagi, jika ia tidak berniat menyampaikan hal tersebut, ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap pertanyaan yang diajukan panelis,” tegas Bagindo.
BACA JUGA:PDI Perjuangan Mantap Dukung Hj Lucianty-H Syaparuddin di Pilkada Muba 2024, Ini Penegasannya!
BACA JUGA:Lucianty-Syaparuddin Dapat Dukungan Resmi dari Partai Perindo untuk Pilkada Muba
Menariknya, dalam debat publik pertama ini, Toha Tohet sendiri mengakui bahwa pasangan calon nomor urut 01, Ir. Hj. Lucyanti SE dan Dr. H. Syafruddin SH MH, lebih unggul dalam hal pengalaman dan kualitas pendidikan.
“Kami memang belum sepadan,” katanya, menegaskan pentingnya pengalaman dalam bidang pemerintahan.
Debat ini tidak hanya menjadi ajang untuk memperlihatkan visi dan misi masing-masing pasangan calon, tetapi juga mencerminkan tantangan dan harapan masyarakat Muba ke depan.
Apakah program-program ambisius yang diusulkan dapat direalisasikan tanpa mengorbankan keberlanjutan pembangunan daerah, menjadi pertanyaan penting yang harus dijawab oleh para calon pemimpin ini.