8.000 Ekor Ayam Broiler Siap Panen Mati Kepanasan Akibat Listrik Padam, Peternak Merugi Ratusan Juta Rupiah

Rabu 16 Oct 2024 - 21:55 WIB
Reporter : Andika
Editor : Edi Sumeks

OGAN ILIR, SUMATERAEKSPRES.ID - Dampak pemeliharaan jaringan dirasakan para peternak ayam di wilayah Kabupaten Ogan Ilir (OI). Dengan padamnya listrik selama 6 jam, 45 menit pada Selasa (15/10) lalu, ribuan ekor ayam siap panen mati dalam kandang. 

Kepanasan. Itu akibat blower mati. Padamnya listrik ini yang kedua kali setelah sebelumnya terjadi 12 Oktober 2024 lalu, pukul 09.00-16.00 WIB. Dua hari lalu, dari pukul 09.00 WIB, baru normal pukul 15.45 WIB.

Beberapa peternak wilayah kecamatan Payaraman dan Rambang Kuang menjerit atas kerugian yang dialaminya. Salah seorang yang alami kerugian cukup besar yaitu Kutniadi. "Total ada sekitar 8.000 ekor ayam yang siap panen mati karena padamnya listrik," keluhnya, kemarin. 

Atas kejadian yang menimpamya Kutniadi, beberapa peternak lain datang ke kandang ayamnya untuk berikan support kepada Kutniadi. Sebanyak 8.000 ekor ayam itu kalau ditotal beratnya mencapai 14 ton. 

Dengan harga ayam boiler di kandang saat ini Rp21.200 per kg, dan dengan rata-rata bobot ayam di atas 1 kg, maka diperkirakan kerugian Kutniadi mencapai hampir Rp300 juta. 

BACA JUGA:Pedagang Nakal Jual Nama Pemerintah, Naikkan Harga Ayam Potong, Hasil Sidak Pj Wali Kota Palembang

BACA JUGA:Potensi Ekspor Telur Ayam Banyuasin: Menuju Standar Internasional, Ini Tantangan dan Solusi Sertifikasi NKV!

Ketua komunitas peternak ayam boiler Ogan Ilir, Fadly mengatakan padamnya listrik merupakan masalah klasik yang masih terjadi. Pengguna listrik di Payaraman berada pada ujung jaringan unit layanan pelanggan (ULP) Indralaya. 

Mencakup wilayah Desa Tebedak I, Tebedak II, Sunur, Tanjung Bulan dan Tambang Rambang. "Ini menjadi pekerjaan rumah karena kita yang di ujung ini sering padam listriknya," ungkap dia.  

Fadly mengatakan sudah ada diadakan pertemuan antara peternak dengan pihak PLN UP3 Ogan Ilir. “Keluhan kita memang ditampung. PLN hanya sebatas menjalankan program, tapi tidak melihat permasalahan yang dialami para peternak ayam jika listrik padam,” sesalnya. 

Dijelaskan, para peternak ayam menggunakan sistem close house. Sehingga sangat bergantung dengan listrik dari PLN untuk menghidupkan blower. Jika blower mati, maka ayam kepanasan dan mati.

Selama ini pemeliharaan memang rutin terjadi dengan jadwal yang telah disampaikan PLN kepada peternak, dua kali dalam seminggu. “Akhir-akhir ini pemadaman akibat gangguan PLN yang terjadi hampir setiap hari. Terutama sejak musim hujan sering dirasakan banyak terjadi gangguan,” tutur Fadly. 

BACA JUGA:Ini 3 Alasan Kenapa Sayur Bayam Yang Sudah di Masak 8 Jam Sebaiknya Tidak di Konsumsi!

BACA JUGA:Rambai Ayam, Senjata Tikam Legendaris dari Muratara yang Masih Bertahan

Dia berharap untuk pemeliharaan bisa ditinjau ulang atau di-reschedule sehingga tidak terlalu sering. Untuk mengantisipasi padamnya listrik, para peternak terpaksa gunakan mesin genset dengan bahan bakar solar. 

Kategori :