SUMSEL , SUMATERAEKSPRES.ID– Kapal pompong nelayan milik Anita (43), warga Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin berlabuh ke dermaga. Kapal bertenaga 10 GT (gross tonage) itu membawa ikan-ikan laut kualitas ekspor hasil melaut di Sungai Lumpur sampai Selat Bangka. Ada ikan senangin, sembilang, sebelah laut, bawl putih, pari, udang pink seharga ratusan ribu per kilogram.
“Kapal ini yang bawa kakak saya bersama 4 ABK (anak buah kapal). Di laut-nya lama, 3-5 bulan dan sekarang baru pulang. Tangkapannya puluhan ton ikan dengan omset penjualan mencapai Rp100 juta. Kami jual ke gudang-gudang pengepul di pesisir Muara Sungsang. Nanti ikan itu diekspor melalui Pulau Bangka,” ujar Anita kepada Sumatera Ekspres, Kamis (5/9).
Dikatakan, hasil penjualan ini merupakan pendapatan kotor setiap kali berlayar. “Saya menerima uang sewa kapal dan modal, biasanya saya sisihkan lagi untuk modal ke laut berikutnya, atau saya belikan perhiasan emas,” lanjut Anita. Dia mengaku senang mengoleksi emas lantaran tradisi orang Sungsang memang suka menyimpan uang dalam bentuk emas perhiasan dibandingkan uang tunai sejak dulu.
Perhiasan itu sering dipakai saat mereka menghadiri sedekahan, kenduri (pesta), pernikahan, atau adat midang (silaturahmi) Lebaran. Bahkan kaum perempuannya membawa emas hingga bersuku-suku, mulai dari kalung, cincin, anting, atau gelang. “Di Sungsang semua perempuan pasti mengenakan emas perhiasan, mau yang asli atau imitasi. Ada yang bawa 20 suku sampai 70 suku. Walau begitu, di kampung kami tetap aman,” sebutnya.
BACA JUGA:Harga Emas Turun, Berikut Update Harga Emas Butik Antam Palembang 12 September 2024
BACA JUGA:Harga Emas di Palembang Hari Ini Naik Rp 12 Ribu per Gram, 11 September 2024
Selain itu, investasi emas puluhan tahun tidak membuat rugi, tapi menguntungkan. Nilainya selalu naik setiap tahun. Pertama ia membeli emas Rp90 ribu-an per gram tahun 2003 silam, sekarang Rp1,4 juta-an per gram atau naik 14 kali lipat. Sesukunya (6,7 gram) sekitar Rp7 jutaan. Emas pun mudah dijual atau digadaikan.
“Saya lebih sering ke Pegadaian, karena tidak perlu menjual emas mendapatkan uang cepat. Di Pegadaian berapa pun kebutuhan saya, uangnya langsung cair saat itu juga,” tuturnya. Anita mengaku beberapa kali gadaikan perhiasan untuk modal melaut, membeli BBM kapal dan ransum (bekal) nelayan. Terakhir tahun lalu mendapat pinjaman Rp20 juta.
“Di laut kan lama, jadi stok persediaan bahan bakar dan makanan mesti banyak. Sekali jalan butuh modal sekitar Rp20 jutaan,” lanjutnya. Sempat pula ia harus membeli jaring kantong ikan atau senar (tangsi) untuk peralatan tangkap kapalnya seharga Rp30-40 juta, sehingga terpaksa mencari pinjaman lagi.
Anita pergi ke Pegadaian Palembang, paling mudah dijangkau lewat jalur laut (Sungai Musi) atau jalur darat sekitar 2 jam perjalanan. “Waktu itu saya gadaikan 10 suku emas, dapat pinjaman Rp30 juta dengan jangka waktu 4 bulan. Uang tersebut saya belikan semua perlengkapan untuk nelayan, termasuk alat tangkap ikan,” tegasnya.
Setelah habis tempo 120 hari, ia menebus kembali emasnya dengan sewa modal cuma Rp2 jutaan. “Saya lunasi sepulang kapal dari Selat Bangka,” paparnya. Karena begitu praktis, sekarang butuh apa-apa Anita selalu ke Pegadaian. Bahkan ia menyebut beberapa tetangganya ikut menjadi nasabah. Sebelumnya, mereka menjual perhiasan ke toko emas yang ada di Sungsang, sekarang gadai emas jauh pilihan terbaik.
BACA JUGA:Awal Pekan, Harga Emas di Butik Antam Palembang Turun Rp 7 Ribu per Gram, Cek Rinciannya
BACA JUGA:Indah Afriza Persembahkan Medali Emas Pertama untuk Sumsel di PON Aceh-Sumut 2024
Hal sama dirasakan Parji (49), nelayan tangkap Desa Sungsang I. Ia berlayar sampai Sembilang 7-10 hari, tidak sepanjang bulan mengingat butuh perahu dan modal besar. “Saya menangkap ikan bersama ABK, hasil penjualan saat melimpah Rp15-20 juta. Dipotong biaya ransum dan minyak kapal, sisa Rp7-10 juta dibagi dengan ABK. Dapatlah Rp1-2 juta per orang,” ungkapnya.
Ketika sedang musim barat atau puncak musim hujan sekira Desember-Januari, itu yang sulit. Pasang air laut tinggi, gelombang mencapai 3 meter. Nelayan Sungsang memilih tak berlayar dan risikonya tak berpenghasilan. Melaut belum tentu memperoleh banyak, kawanan ikan tak berkumpul saat arus air laut sedang deras. Kadang balik modal saja.