Kepada ayuk iparnya, Muhida, Ana juga bertutur kenal dengan pelaku Samudra. “Jahat nian dio samo laki aku, awak dio punyo utang samo laki aku,” kata Ana, duduk bersimpuh di lantai ruang depan Instalasi Forensik RS Bhayangkara M Hasan Palembang.
Begitupun ketika kerabat perempuannya datang, Ana kembali histeris. “Laki aku dibunuh Win (panggilan kerabat perempuannya). Laki aku begawe panas-panasan, untuk kami (Ana dan ketiga anaknya). Laki aku wong baek Win, ditembak,” imbuh ibu 3 anak itu.
Pagi itu suaminya pergi bekerja seperti biasa. Bahkan sempat request sayur bayam, untuk makan siang di rumah nantinya. “Laki aku belum makan Win, la dibunuh. Dio minta masakke bayam, belum dimakan,” tutur Ana. Putra bungsu mereka, Ok, juga belum makan siang itu.
BACA JUGA:Terjadi Perampokan Sadis di Muba, Penjaga Toko Manisan Ditembak di Kepala
Tak lama dari itu, Ana yang terus berteriak histeris akhirnya sempat pingsan. Ayuk kandung korban, Muhida alias Ida, menegaskan adiknya orang baik. Sebelumnya tidak punya masalah dengan pelaku Samudra.
Tapi, mengapa Samura sampai setega itu menembak korban, teman kerjanya sendiri. “Mungkin dia disuruh atasannya (bosnya Samudra). Sebab (korban) tidak ada masalah dengan Samudra,” sebut Ida.
Menurut Ida, adiknya itu sudah beberapa bulan gajinya tertunda. Nah Senin (2/9), dikabarkan akan menerima gaji. Tapi yang datang pelaku Samudra, langsung menembak. “Ya jaga-jaga tanah seperti itulah,” jawab Ida, tidak spesifik soal pekerjaan adiknya.
Terkait apapun motifnya, yang jelas adiknya sudah dibunuh dengan cara keji. Kepalanya ditembak, oleh pelaku dikenalnya yang merupakan satu pekerjaan dengannya. “Adik saya sudah dibunuh, hukuman yang setimpal harus dibayar nyawa juga,” tegas Ida.
Ida meminta pihak kepolisian, segera menangkap pelaku yang telah membunuh adiknya. “Hukum seberat-beratnya, hukuman mati juga. Biarlah nyawa adik saya, dia (pelaku) tanggung sebagai dosanya,” cetusnya geram.
Setiba di ruang Instalasi Forensik RS Bhayangkara M Hasan Palembang, jenazah korban Nunung divisum oleh dr Indra Nasution SpF. Ada didapati 2 lubang, pada pipi kiri, dan kepala bagian belakang.
Setelah darah dibersihkan, jenazah jorban dibawa ke gedung utama RS Bhayangkara M Hasan Palembang, untuk menjalani rontgen. “Hanya satu luka tembakan, masuk dari pipi kiri, keluar dari kepala bagian belakang. Hasil rontgen, tidak didapati proyektil dalam kepala korban. Pelurunya tembus, keluar lewat belakang,” jelas dr Indra Nasution SpF, usai visum.