Lahat, SUMATERAEKSPRES.ID — Desa Tanjung Beringin, yang terletak di Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat, tidak hanya dikenal karena kekayaan alamnya, tetapi juga karena tradisi pertanian tembakaunya.
Komoditas ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa, meskipun kini menghadapi berbagai tantangan.
Menurut Kepala Desa Tanjung Beringin, Dirlan Bakti, penanaman tembakau di desa ini merupakan warisan budaya yang sudah ada sejak lama.
Meskipun dulunya tembakau ditanam secara luas, kini hanya segelintir petani yang masih mempertahankan praktik ini.
"Penanaman tembakau adalah tradisi yang telah lama ada di sini. Sekarang, hanya beberapa petani yang terus melanjutkannya," kata Dirlan.
Setelah panen, tembakau dikeringkan di tempat khusus bernama biday sebelum dijual kepada tengkulak atau pedagang.
BACA JUGA:Mengenal Dr. Kuseno. Ilmuwan di Balik Transformasi Genos Menjadi Cyborg
BACA JUGA:Buaya ‘Mager’ Menyambangi Kolam Ikan Warga di Musi Rawas
Harga tembakau bervariasi, mulai dari 300 hingga 5000 per tebek, tergantung pada kualitas dan kondisi pasar.
Fluktuasi harga ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani yang sangat bergantung pada hasil panen tembakau mereka.
"Di masa lalu, kami bisa menjual tembakau hingga ke luar Lahat. Saat ini, sebagian besar kami jual di dalam desa atau di pasar Lahat," tambah Dirlan.
Meskipun penanaman tembakau memberikan tambahan pendapatan, bagi banyak keluarga, ini juga merupakan bagian dari tradisi agraris yang mendalam.
Bagi mereka yang tidak memiliki alternatif pendapatan lain, tembakau menjadi sumber utama tambahan penghasilan.
BACA JUGA:Bocil Diduga Gondol Kotak Infaq Masjid, Aksi Terekam CCTV dan Viral
BACA JUGA:Air Bersih 70 Persen Pelanggan yang Dialiri IPA Borang Stop Mengalir 8 Jam, Catat Tanggalnya