SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID- Cuaca di bulan September 2024 ini tetap kering. Provinsi Sumsel masih rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Curah hujan kategori rendah, masih didominasi hari tanpa hujan.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Wandayantolis mengatakan, curah hujan mulai mengalami peningkatan saat masuk musim hujan pada awal Oktober nanti. Prakiraan itu disampaikannya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Satgas Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Karhutla di aula Kantor BPBD Sumsel, Jumat (6/9).
Dalam konteks hidrologi, cuaca Sumsel masih lebih kering karena belum mengimbangi laju penguapan air dari permukaan tanah. Pada masa periode transisi, curah hujan 20-50 mm/dasarian. "Potensi hujan tetap ada, tapi bersifat lokal atau spot-spot, tidak merata. Intensitasnya kecil atau sedang. Potensi hari tanpa hujan masih lebih banyak ketimbang hari hujan," beber dia.
Rakor kemarin dipimpin Sekda Sumsel Edward Chandra. Hadir, Plh Kalaksa BPBD Sumsel Aksoni, Kasi Ops Kasrem 044/Gapo Kol Inf Syafruddin, Karo Ops Polda Sumsel Kombes Pol M Anis Prasetyo Santoso SIk, Danlanau Palembang, Dansatbrimobda Sumsel, serta jajaran kepala BPBD kabupaten/kota.
BACA JUGA:Penutupan Sementara Wisata Bukit Besak akibat Ancaman Karhutla dan Musim Kemarau
BACA JUGA:Pantau Titik Hotspot, Warga Ingatkan Dampak Karhutlah
Plh Kalaksa BPBD Sumsel, Aksoni mengatakan, hingga saat ini tercatat sekitar 2.600 hotspot. Terbanyak di Kabupaten Muba dengan 639 hotspot. "Terbanyak memang terjadi tiga bulan terakhir, yakni Juli, Agustus, dan awal September. Puncaknya memang di Agustus dan awal September. Karenanya kita gelar rakor ini, situasinya sekarang masih rawan karhutla," ujar Aksoni.
BPBD Sumsel sudah melakukan berbagai upaya. Selain mengerahkan personel terpadu, juga penyiagaan posko serta menyiapkan tandon dan mobil tangki air sebagai suplai logistik untuk upaya pemadaman. "Kita juga melibatkan masyarakat dan perusahaan. Kemudian terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat untuk mencegah karhutla," imbuh dia.
Kasi Ops Kasrem 044/Gapo Kol Inf Syafruddin menyatakan, ada 7 kabupaten yang menonjol karhutlanya. Yakni Muba, Banyuasin, Muara Enim, Pali, OKI, Ogan Ilir, dan Muratara. "Menonjol dalam artian penanganannya lebih dari tiga hari, bahkan ada yang 15 hari,” bebernya.
Seperti upaya pemadaman di Kecamatan Sanga Desa, Muba, di Muara Enim, Banyuasin dan OKI. Berbagai upaya dilakukan satgas dalam pengendalian karhutla, mulai dari patroli, groundchek serta upaya pemadaman. "Kendala utama yakni akses menuju lokasi yang sulit. Kemudian, perilaku masyarakat yang masih saja membuka lahan dengan membakar,” ungkap dia.
BACA JUGA:Polisi Kembali Peringatkan Warga Tentang Bahaya Karhutla di Musim Kemarau
BACA JUGA:Karhutla 2 Hektare Nyaris Bakar Rumah Warga, Kejadian di Empat Lawang
Pemadaman di lahan gambut sulit dilakukan secara tuntas. “Apalagi kondisi cuaca panas dan angin kencang, serta terbatasnya sumber air," tambah Kol Inf Syafruddin. Sementara, Karo Ops Polda Sumsel, Kombes Pol M Anis Prasetyo SIK menjelaskan, pihaknya telah mengkonsentrasikan personel di daerah rawan karhutla yakni di Muba, Banyuasin, Ogan Ilir, dan OKI.
Polda juga sudah melakukan serangkaian kegiatan mitigasi karhutla. "Ada 4085 kegiatan yang sudah dilakukan, dengan 636 di antaranya upaya pemadaman," ucap Anis. Untuk penegakan hukum, sudah ada tiga laporan polisi yang ditindaklanjuti dengan tujuh tersangka karhutla.
Berdasarkan data, hingga 4 September 2024 sudah muncul 2.505 hotspot. Sebanyak 384 hotspot di antaranya berada di lahan gambut. Untuk luas lahan yang terbakar mencapai 750,83 hektare.