OKI Potensi Alami Kemarau Lebih Panjang Dibandingkan Daerah Lain di Sumsel

Minggu 28 Jul 2024 - 22:25 WIB
Reporter : Nanda
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Periode kemarau tahun ini sudah dimulai  sejak medio bulan ini (Juli). Diprediksi mencapai puncaknya pada  Agustus nanti. Hal tersebut disampaikan Kepala Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, kemarin (28/7).

Meski demikian, ada beberapa wilayah di Sumsel yang sudah alami kemarau sejak akhir Mei 2024. Seperti di OKI dan OKU. "Memang untuk beberapa wilayah di Sumsel periode awal kemaraunya berbeda, namun puncaknya di Agustus nanti,” kata Wandayantolis.

Meski Agustus puncak kemarau, namun sebagian wilayah Sumsel diprediksi masih akan mengalami curah hujan dengan  kategori menengah (101-300 mm), dengan sifat hujan normal hingga atas normal.

Lalu, pada September 2024, wilayah Sumsel bagian utara dan sebagian barat diprakirakan mendapatkan curah hujan dengan kategori menengah (101-300 mm). Sementara sebagian kecil wilayah OKI bagian tengah dan selatan diprakirakan mendapatkan curah hujan  dengan kategori rendah (0-100 mm), dengan sifat hujan normal hingga atas normal.

BACA JUGA:Potensi Hotspot Tinggi, OKI Waspada Karhutla dan Kekeringan, Menghadapi Kemarau 2024 di Sumsel

BACA JUGA:Kemarau Mulai Melanda, Inilah 8 Tips Merawat Tanaman Agar Tidak Kering

Kemudian, Oktober 2024, wilayah Sumsel bagian utara dan sebagian barat diprakirakan mendapatkan curah hujan dengan kategori  menengah (101-300 mm). 

Sebagian wilayah lain diprakirakan mendapatkan curah hujan dengan kategori tinggi (301-500 mm). Daerah mana saja? Yakni sebagian kecil Banyuasin, PALI, Muara Enim, OKU Selatan, dan OKU bagian barat. Lalu, Lahat bagian selatan dan barat, Pagar Alam bagian timur, serta Empat Lawang bagian barat.

Kemudian, Lubuklinggau bagian barat, Musi Rawas bagian barat, dan Muratara bagian barat. "Untuk wilayah OKI berpotensi alami kekeringan dan musim kemarau yang paling panjang. Selain itu berpotensi juga mempunyai hotspot yang tinggi dibanding wilayah lain," jelas Wandayantolis.

Dengan masuk musim kemarau, maka otomatis curah hujan mulai berkurang dan mengakibatkan kekeringan. “Segera berkoordinasi dengan BPBD agar suplai air bersih tetap ada dan tidak kekurangan," tuturnya. Dengan tak ada awan pada siang hari, sinar matahari akan secara optimal sampai ke permukaan bumi.

"Hal ini juga yang mengakibatkan suhu di permukaaan bumi meningkat, berkisar 33 - 35 derajat celcius," jelasnya. Karena itu pula, masyarakat diminta tidak melakukan pembakaran lahan. 

 

Kategori :