Potensi Hotspot Tinggi, OKI Waspada Karhutla dan Kekeringan, Menghadapi Kemarau 2024 di Sumsel

Kebakaran lahan di beberapa tempat di Sumsel. Foto menlhk.go.id--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kemarau tahun 2024 telah memasuki fase kritis di Provinsi Sumatera Selatan sejak pertengahan Juli, dengan puncak diperkirakan terjadi pada bulan Agustus mendatang.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis, dalam wawancara eksklusif dengan sumateraekspres.id pada hari Minggu, 28 Juli 2024.

Menurut Wandayantolis, sejumlah daerah di Sumsel seperti Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Komering Ulu (OKU) sudah mengalami kemarau sejak akhir Mei 2024.

Meskipun demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak kemarau akan terjadi pada bulan Agustus mendatang.

"Bulan Agustus 2024 diperkirakan sebagai puncak kemarau di sebagian besar wilayah Sumatera Selatan. Meskipun demikian, sebagian wilayah masih dapat mengalami curah hujan dengan kategori Menengah (101-300 mm), dengan sifat hujan Normal hingga Atas Normal," ujarnya.

Menurut prakiraan untuk bulan September 2024, wilayah utara dan barat Sumatera Selatan juga dapat mengalami curah hujan dengan kategori Menengah.

BACA JUGA:Lubuklinggau Dikepung Peredaran Narkoba, Polisi Siap Bertindak Tegas

BACA JUGA:Daihatsu Xenia ADS Memukau Pengunjung GIIAS 2024 dengan Tampilan Sporty Baru

Namun, daerah OKI bagian tengah dan selatan kemungkinan besar akan mengalami curah hujan Rendah (0-100 mm), dengan sifat hujan yang sama.

Sementara itu, Oktober 2024 diperkirakan akan membawa curah hujan Menengah ke wilayah utara dan barat Sumatera Selatan. Namun, beberapa daerah seperti Banyuasin, PALI, Muara Enim, OKU Selatan, dan lain-lain diprediksi akan mendapatkan curah hujan Tinggi (301-500 mm).

"Wilayah OKI memiliki potensi yang tinggi untuk mengalami kekeringan, dengan musim kemarau yang panjang. Selain itu, wilayah ini juga berpotensi tinggi terhadap keberadaan hotspot dibandingkan dengan wilayah lain," tambahnya.

Wandayantolis menegaskan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memastikan pasokan air bersih terjaga dengan baik.

"Dalam masa kemarau, curah hujan yang minim dapat mengakibatkan kekeringan di berbagai daerah. Oleh karena itu, perlu adanya antisipasi dan langkah-langkah konkret dari pemerintah setempat untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan," tuturnya.

BACA JUGA: Ramai Ramai Soroti Potensi Calon Tunggal vs Kotak Kosong dalam Pilkada 2024

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan