SUMATERAEKSPRES.ID-Tes IVA merupakan salah satu cara untuk deteksi dini penyakit kanker serviks atau kanker mulut rahim. Tes IVA diketahui tidak sakit dan dinilai efektif dalam mendeteksi kanker serviks.
Kanker leher rahim merupakan tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan serviks atau leher /mulut rahim. Serviks merupakan bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina.
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian ke dua di dunia (WHO, 2005) dan ke lima di Indonesia (SKRT, 2001). Hingga saat ini kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara.
Penelitian menunjukkan, 99,7% kanker serviks terkait dengan infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Setelah terinfeksi HPV, infeksi bisa berkembang menjadi kanker serviks biasanya setelah 10–20 tahun.
Meskipun begitu, tak semua infeksi HPV akan berubah menjadi kanker serviks. Kanker serviks banyak terjadi pada rentang usia 35 – 55 tahun. Rendah angka kejadian pada usia di bawah 20 tahun. Sedang pada usia di atas 65 tahun angka kejadiannya sekitar 20%.
BACA JUGA:Inovasi Jempol Perawan Cantik Berantas Kanker Serviks di Kecamatan Ilir Timur Tiga Kota Palembang
BACA JUGA:INOVASI KRIYA BRANGKAS Kecamatan Kemuning Kota Palembang
Sayangnya, di Indonesia penderita kanker serviks masih tinggi angkanya yang berobat setelah berada dalam stadium lanjut. Kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks memang masih rendah.
Keganasan kanker leher rahim sebetulnya dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan metode pap smear atau dengan IVA alias inspeksi visual dengan asam asetat.
Pap smear merupakan deteksi dini kanker dengan mengambil lendir dari area dalam vagina, lalu diperiksa di laboratorium untuk pengecekan ada tidaknya sel-sel abnormal. Hasilnya bisa diketahui dalam satu – dua minggu.
Pemeriksaan pap smear dulu merupakan andalan. Sayang harganya belum terjangkau untuk semua kalangan, terutama wanita Indonesia yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan lengkap seperti rumah sakit atau laboratorium besar. Yang kemudian semakin meluas adalah metode IVA, metode deteksi awal yang lebih murah dan mudah.
IVA merupakan deteksi untuk mengetahui kondisi serviks dengan melihat abnormalitas setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka 3-5%).
Asam asetat akan memperlihatkan dan menandai sel pra-kanker –bila ada – dengan perubahan warna agak keputihan. Bedanya, hasil IVA bisa diketahui seketika itu juga (15 menit).
Harganya lebih murah, caranya lebih mudah, dan biasanya bisa dilakukan para bidan atau petugas puskesmas. Jika hasilnya sudah diketahui, bisa ditentukan langkah selanjutnya.
BACA JUGA:Inovasi Pose Solmed
BACA JUGA:Inovasi Monika Cindo Dinas Perindustrian Kota Palembang
Bila normal, Anda dianjurkan mengulang pemeriksaan setidaknya tiga tahun sekali. Bila meragukan, tenaga kesehatan biasanya akan merujuk Anda untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Bila terlihat sel-sel abnormal, maka Anda akan dirujuk ke ahlinya. Kapan Anda bisa melakukan tes IVA? Pada prinsipnya tes ini bisa dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, dalam masa nifas, atau pun paska keguguran.
Sebaiknya lakukan pemeriksaan setelah selesai hari menstruasi. Sebaiknya Anda juga tidak dalam keadaan hamil serta hindari melakukan hubungan intim 24 jam sebelum pemeriksaan.
Lakukan deteksi setidaknya sekali ketika menginjak usia 35 – 40 tahun. Bila memungkinkan ulangi setiap tahun atau setiap lima tahun pada rentang usia 35 – 55 tahun.(sumber kemenkes).
Ketua penggerak PKK Kecamatan Jakabaring melalui Camat Jakabaring menginisiasi GEMUIVA (Gerakan Suami Mendukung IVA) yang merupakan upaya suami dalam mendukung pasangan mereka untuk melakukan IVA test sebagai bagian dari deteksi dini kanker serviks.
BACA JUGA:Inovasi Si Bucil, Membangun Pelayanan Publik yang Efektif dan Efisien
BACA JUGA:Inovasi Kampung Sunan Kecamatan Kalidoni, Melestarikan Sulam Angkinan sebagai Warisan Budaya
Dukungan dari pasangan dapat meningkatkan motivasi dan kenyamanan bagi wanita untuk menjalani tes tersebut, serta memperkuat kesadaran akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini dalam kesehatan. (Ril).