OGAN ILIR, SUMATERAEKSPRES.ID - Tak kurang dari 36.094 hektare luasan hutan adat Papua terancam dibabat untuk ditanam pohon sawit.
PT Indo Asiana Lestari (IAL), perusahaan bidang perhutanan ini bakal membabat hutan lebih dari setengah luas DKI Jakarta yang berada di hutan adat marga Woro–bagian dari Suku Awyu.
BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi, 34 Petani Sawit Lahat Dilatih
BACA JUGA:Kobaran Api Puluhan Meter, Sumur Minyak Ilegal Meledak di Perkebunan Sawit
Kepedulian dan kecintaaan akan lingkungan hutannya yang dirusak, membuat puluhan mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) asal Papua melakukan aksi solidaritas.
Tergabung dalam organisasi Komunitas Mahasiswa Papua Sriwijaya (Kompas) menggelar aksi demo di depan gedung DPRD Kabupaten Ogan Ilir, Senin (24/6).
Dukungan solidaritas ini juga ikut digaungkan oleh beberapa mahasiswa BEM Unsri dan beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya.
Ketua Kompas Sumsel, Tipran Yikwa menyampaikan dalam orasinya, masyarakat Suku Awyu dan Suku Moi hutannya dibabat habis PT IAL.
Pihaknya menuntut agar pemerintah mencabut izin PT IAL yang bergerak di bidang perkebunan sawit dan beroperasi di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan.
"Hari ini kami hadir untuk menyuarakan suara rakyat. Suku Awyu dan Suku Moi telah berjuang mempertahankan hutan adatnya, tapi hingga saat ini tidak didengar oleh para penguasa, bahkan Mahkamah Agung.
Oleh karena itu kami datang untuk mendukung penolakan PT kelapa sawit masuk ke Papua," ujar Tipran.
Perusahaan sawit yang masuk ke Papua dapat merusak alam, eksploitasi hutan dan mengancam keselamatan beragam spesies flora fauna.
"Papua itu surga kecil yang jatuh ke bumi, tetapi hari ini penguasa masuk dan merusak alam itu sendiri," tukasnya.
Bukan hanya itu, disana juga ada masyarakat adat yang selama ini menggantungkan hidup dan berdampingan dengan sumberdaya pemanfaatan hutan.
"Lantas bagaimana masyarakat adat dapat hidup kalau hutannya di rebut. Kalau mereka digusur mereka mau kemana," ungkap Tipran.