Kemenangan tersebut membuatnya menarik perhatian dunia, dan ironis level keangkuhan Fischer kerap membuat sejumlah pihak tidak tahan.
Bahkan sebelum pertandingan itu, Fischer bahkan sempat mengancam tidak akan muncul dan menunda keberangkatannya dari New York. Fischer berkeras pertandingan diliput televisi, tapi kemudian menolak berakting untuk kamera.
BACA JUGA:Penangkapan Buaya Muara Berlanjut, Warga Temukan Lagi Buaya, ini Penampakannya!
Kalah pada game pertama dan kehilangan game kedua, ditengah pertandingan Fischer mengancam akan mundur, terkecuali Spassky setuju memindahkan permainan ke sebuah ruangan kecil dan jauh dari penonton.
Jurnalis Fred Waitzkin dalam tulisannya “Mencari Bobby Fischer,” sebuah bukunya 1988 tentang dunia catur dan menjadi dasar untuk film 1993, Fischer saat itu membuat penyelenggara putus asa.
Tapi endingnya, Fischer tampil brilian di Reykjavik. Usai pertandingan itu, Fischer kemudian menjadi legenda karena menjadi orang AS pertama yang mengalahkan Rusia dalam permainan andalan mereka.
Tragedi terjadi pada 1975, Federasi Catur Internasional (FIDE) mencabut gelar Fischer.
Hal itu karena dia menolak untuk memainkan penantang yang sah, Anatoly Karpov, di bawah aturan federasi.
Selanjutnya, hidup sang legenda kian merosot dan bangkrut bahkan jadi tunawisma. Ia kemudian bertandung lagi dengan Spassky pada 1992 Fischer, namun para emain catur umumnya menilai hal itu dilakukan Fischer demi uang, meski itu juga menjadi kesempatannya menegaskan kembali keunggulannya.
Pertandingan dimainkan di Sveti Stefan, sebuah resor di republik Yugoslavia, Montenegro dan hanya beberapa mil dari perang berdarah yang kemudian berkecamuk di Bosnia.
Kemudian bonus 5 juta dollar AS untuk pertandingan ulang itu disiapkan oleh seorang pedagang roda Serbia bernama Jezdimir Vasiljevic.
Saat menggelar konferensi pers sebelum partai itu, Fischer mengangkat sepucuk surat dari Departemen Keuangan AS yang memperingatkannya bahwa keikutsertaannya dalam pertandingan tersebut dapat dianggap sebagai proyek ekonomi.
Kemudian bermain dalam pertandingan itu dinilai melanggar sanksi AS terhadap Yugoslavia.
Karenanya Fischer bisa dikenakan denda dan penangkapan. Dihadapan lebih dari 150 wartawan, Fischer meludahi surat tersebut dan mengomel terhadap orang Yahudi dan Rusia.
Namun hukuman Pemerintah AS membuat Fischer melakoni sisa hidup di pengasingan mulai dari Hongaria, Filipina dan Jepang.