PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Mantan narapidana terorisme (napiter), Herli Ispranko alias Hamza (45), mengingatkan masyarakat Sumsel agar berhati-hati terhadap penyebaran paham radikalisme.
Peringatan ini disampaikan Hamza saat dikunjungi oleh beberapa personel Direktorat Intelkam Polda Sumsel pada akhir pekan lalu.
"Saat kita melakukan tindakan radikal, kita mengganggu dan menyusahkan banyak orang. Paham radikalisme ini harus dihentikan agar tidak berkembang di masyarakat," ujar Hamza ketika ditemui personel Dit Intelkam Polda Sumsel di kediamannya di Kecamatan Gandus.
Berbeda dengan pandangan umum, Hamza ternyata ramah dan murah senyum saat berbicara kepada para tamu yang datang, termasuk personel Direktorat Intelkam Polda Sumsel.
Sekarang, setelah beberapa tahun berbaur dengan masyarakat, Hamza bekerja sebagai buruh bangunan. Ia mengakui bahwa radikalisme seringkali berujung pada tindakan terorisme, sesuatu yang ingin dicegahnya agar tidak tumbuh di NKRI.
“Di Sumsel, radikalisme tidak terlalu besar menurut kami. Kami selalu mengikuti perkembangan teman-teman yang masih terlibat dalam jaringan terorisme,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa masyarakat harus waspada terhadap ajakan-ajakan untuk berjihad.
"Seruan-seruan semacam itu bisa jadi hanyalah propaganda yang mengajak kita melakukan tindakan radikal dan terorisme," ujarnya.
Sebagai mantan napiter, Hamza mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpancing oleh paham tertentu, terutama jihad fisabilillah yang bisa bertentangan dengan hukum NKRI.
“Sebagai warga negara, kita harus bertoleransi antaragama dan menjunjung tinggi NKRI. NKRI harga mati,” tegasnya.
Hamza juga mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam melangkah.