EMPAT LAWANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Kasus pembunuhan seorang bayi oleh ayahnya sendiri terjadi di Desa Batu Ampar, Kecamatan Lintang Kanan, Kabupaten Empat Lawang.
Pelaku, Firdaus (17). Sempat kabur, tapi berhasil ditangkap anggota Polsek Lintang Kanan yang di-back up Satreskrim Polres Empat Lawang. Penangkapan Kamis (16/5) sekitar pukul 20.00 WIB di area kebun kopi warga.
"Setelah kejadian, saya pergi ke kebun kopi tempat teman saya di dekat dusun itulah. Saya baru tahu anak saya meninggal setelah ditangkap dan diberi tahu keluarga," kata Firdaus di Mapolres Empat Lawang, kemarin (17/5).
Pengakuan Firdaus, dia kesal karena istrinya, Sefti lama pergi ke sungai. Sedangkan anaknya menangis terus. Firdaus mengaku sempat mencari keluar, lalu diberitahu seseorang jika istrinya pergi naik ojek.
Karena Niko (1,5 bulan), anaknya masih saja menangis, pelaku kesal. Dia pun mencekik leher sang anak. "Aku cekik dan banting dua kali," bebernya. Setelah itu, Firdaus pergi meninggalkan rumah.
Sedangkan bayinya dibawa keluarganya ke puskesmas, lalu dirujuk ke RS Empat Lawang. Namun nyawa bayi malang itu tidak tertolong.
"Pelaku saat ini sudah diamankan di Mapolres Empat Lawang. Karena pelaku berusia 17 tahun penanganannya di Unit PPA," kata Kapolres Empat Lawang, AKBP Dodi Surya Putra melalui Kasat Reskrim, AKP Alpian.
Sebelumnya, petugas mendapat laporan dari warga adanya kejadian ayah aniaya bayi sendiri ini. Personel Polsek Lintang Kanan melakukan penyelidikan. Bersama jajaran Satreskrim Polres Empat Lawang kemudian mengejar pelaku.
BACA JUGA:2 Warga Banyuasin Korban Pembunuhan Misterius, Pelaku dan Motif Belum Terungkap
Untuk mencegah adanya aksi balas dendam, keluarga korban dan pelaku dimediasi. Pertemuan berjalan lancar dan kondusif. "Situasi di desa saat ini kondusif. Kami meminta kepada keluarga korban untuk menyerahkan perkara ini ke Polres Empat Lawang. Jangan ada aksi balas dendam karena akan memperpanjang masalah," imbuhnya.
Terungkap, Firdaus dan Sefti, menikah Oktober 2023 lalu. pelaku belum ada penghasilan tetap, bekerja sebagai petani. Sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Faktor ekonomi juga menjadi pemicu keributan di rumah tangga ini.
"Bayi kan perlu susu. Wajar bayi menangis terus," kata Anita, bibi Sefti. Sementara, Sefti terlihat sedih saat diperiksa oleh penyidik. Dia mengaku sering alami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Apalagi jika tidak ada rokok.