INDRALAYA, SUMATERAEKSPRES.ID - Kontestasi politik pada pemilihan kepala daerah (pilkada) di Ogan Ilir menuai beragam persepsi. Salah satunya kemungkinan melawan kotak kosong pada Pilkada Ogan Ilir, 27 November 2024 mendatang.
Incumbent atau petahana pemegang jabatan Bupati OI, Panca Wijaya Akbar dan wakilnya Ardani dipastikan maju pada pilkada. Panca yang diusung Partai Gerindra sebagai calon bupati telah mengambil formulir pendaftaran bacalonkada bersama Ardani, 2 Mei lalu.
Pengamat politik Sumsel, Amrah Muslimin mengatakan peluang Panca melawan kotak kosong cukup tinggi. "Pemilihan Pilkada Ogan Ilir mendatang punya potensi melawan kotak kosong. Pertimbangannya mengapa, karena memang banyak politikus elite di daerah Ogan Ilir menganggap sulit menghadapi petahana yang sekarang," ujar mantan ketua KPU Sumsel periode 2018- 2023.
Hal inilah yang membuat parpol di OI mengarahkan dukungannya ke petahana. ‘’Melihat dari yang sudah-sudah, setiap periode pilkada di OI partai PDIP selalu menyiapkan kadernya untuk menjadi lawan tanding dari trah Mawardi. Namun, kelemahannya, saat ini kursi PDIP turun dari perolehan 2019. Ini artinya ketika PDIP ingin mencari figur untuk dicalonkan, juga perlu membentuk koalisi dengan partai lain," terangnya.
BACA JUGA:Diprediksi Bakal Ada Lima Paslon, Pilkada Palembang
BACA JUGA:Pilkada Lahat: Hj Lidyawati-Haryanto Deklarasikan Langkah Lanjutan dan Perbaikan Program Cahaya
Hal ini menjadi tantangan besar, kalaupun itu terjadi kemungkinan poros yang muncul akan dipelopori oleh PDIP. Perkembangan saat ini baik di media sosial maupun kabar yang beredar banyak muncul beberapa nama kemungkinan diusung PDIP yang menentukan poros parpol di Ogan Ilir. Misalnya, ada Wahyudi yang saat ini duduk sebagai anggota DPRD Ogan Ilir. Risikonya, Wahyudi nantinya harus mundur dari anggota DPRD OI. Meskipun baru bertempur dan terpilih kembali di periode tahun ini.
Karenanya, memang perlu pertimbangan yang matang bila memutuskan untuk maju. Karena ketika memutuskan untuk maju, maka pertimbangannya adalah harus menang. Peta politiknya harus jelas. ‘’Wajar kalau PDIP lebih mengutamakan kader untuk didukung, namun perlu diingat PDIP harus membawa ‘kawan’ koalisi jika ingin ‘bertanding’ karena harus memenuhi syarat 20 persen atau 10 kursi di DPRD Ogan Ilir,’’ katanya.
Sudah bukan lagi rahasia umum untuk mendapatkan dukungan parpol itu tidaklah gampang. Sebagai pengamat politik, Amrah berpendapat, dukungan parpol itu high cost (tinggi biayanya). Salah satunya disebabkan oleh politik yang bermahar.
Potensi melawan kotak kosong cukup tinggi. Tinggal tergantung dari poros PDIP untuk memunculkan calonnya, tentu dengan pertimbangan politik yang matang.
BACA JUGA:Dana Pengamanan Pilkada se-Sumsel Rp190,1 M, Tanda Tangan NPHD Serentak
BACA JUGA:DPP PPP Ambil Alih Kewenangan DPW, DPW-DPC Buka Penjaringan Pilkada
"Kalau saya memprediksi potensi Panca melawan kotak kosong masih di angka sekitar 60 persen," ungkap Amrah.
Jika itu terjadi, maka sejarah baru di Ogan Ilir jadi yang pertama kalinya terjadi kotak kosong. ‘’Munculnya kotak kosong itu pertama dari posisi elektabilitas petahana yang cukup tinggi. Cara menanggulanginya tentu, partai-partai politik yang harus mencari kader atau tokoh yang punya potensi, elektabilitasnya tinggi dan bisa menyaingi petahana," sebutnya.
Dalam proses pilkada yang memiliki hanya satu pasang calon, kotak kosong itu akan menjadi bagian dari salah satu pilihan bagi pemilih. "Pemilih bisa memilih calon pasangan yang ada atau dia memilih kotak kosong. Di lembar surat suara akan ada gambar dari calon pasangan dan di sampingnya gambar kotak kosong. Pemilih dapat menentukan pilihannya dengan mencoblos satu di antara pilihan dua gambar tersebut," terang Amrah.