Filosofi Ketupat Interpretasi Media Sosial Bagi Umat Islam

Minggu 07 Apr 2024 - 20:35 WIB
Oleh: Irvan Bahri

BACA JUGA:Pembuat Ketupat di Empat Lawang Mulai Kebanjiran Order

BACA JUGA:Meski Mahal, Daging Sapi Tetap Laris Manis di Martapura Jelang Lebaran

Adapun kuning bermakna sabdodadi (yang dihasilkan dari hati atau jiwa yang bening).

Dengan demikian, penggunaan janur kuning dalam membuat ketupat atau dalam berbagai hajatan itu mengandung cita-cita untuk menggapai atau memperoleh nur Allah dengan hati atau jiwa yang suci atau bening.

Atau keadaan hati dan jiwa manusia yang suci setelah mendapatkan nur (cahaya) dari Allah.

Bentuk Empat Sudut

BACA JUGA:Kolesterol Naik Setelah Lebaran, Ini yang Jadi Penyebabnya

BACA JUGA:Wajib Coba, Aneka Resep Kue Bolu Lebaran Yang Pasti Membuat Hari Raya Idul Fitri Makin Meriah

Asalnya yang memiliki makna filosofis itu adalah ketupat yang berbentuk segi empat yang menunjukkan empat penjuru mata angin, namun sekarang ketupat juga dibuat dengan lebih variatif.

Bentuk segiempat ketupat melambangkan “kiblat papat limo pancer” atau empat arah mata angin dan satu pusat.

Bentuk ini mencerminkan kesimbangan alam. Secara religius bermakna bahwa kemana pun manusia itu berjalan pasti selalu menuju kesatu arah yaitu Allah, Sang Khalik.

Sedangkan secara akhlaki, mencerminkan empat macam nafsu manusia, yaitu amarah (nafsuemosional) aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah), dan mutmainah (nafsu untuk memaksakan diri).

BACA JUGA:5 Tips Ampuh Agar Lipstik Tahan Lama Saat Makan Opor Lebaran

BACA JUGA:Perhatikan Hal ini saat Santap Hidangan Lebaran, Terlebih Dua Menu Favorit Ini

Keempat nafsu ini hanya mampu ditaklukkan oleh satu amaliyah, yaitu dengan berpuasa.

Dalam tradisi ketupat lebaran, disimbolkan bahwa seseorang yang memakan ketupat, orang itu dianggap sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut.

Anyaman ketupat

Gabungan janur kuning yang membentuk menjadi anyaman juga memiliki makna filosofis. Bagi orang Jawa, anyaman tersebut memiliki makna berbagai kesalahan dosa manusia.

BACA JUGA:Kerupuk-Kemplang Stok Puasa-Lebaran Berhamburan

BACA JUGA:Asyik, Ada Program Mudik Gratis Lebaran 2023 dari Kemenhub, Simak Persyaratan dan Cara Daftarnya

Secara religius manusia itu tempatnya kesalahan dan kealphaan. Adapun ketupat setelahdibelah dua denganpisaumenampakkanwarnaputih.

Ini bermaknakebersihan dan kesucian manusia. Dalam tradisi lebaran, kebersihan dan kesucian itu hanya dapat diperoleh setelah tuntas melakukan amal ibadah selama bulan Ramadhan.

Beras.

Dalam tradisi sebagian besar masyarakat Indonesia, beras memiliki arti khusus.

BACA JUGA:Tarif Tol Gratis, Lebaran Nanti Palembang ke Prabumulih Cuma Satu Jam

BACA JUGA:Pesan All New Agya Sekarang, Bisa Dipakai Sebelum Lebaran

Ia melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Adapun beras dalam ketupat bermakna setelah hati dan jiwa manusia itu bersih dari empat macam nafsu itu, maka manusia akan memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan.

Dengan demikian, bisa dimaknai pula bahwa kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat itu hanya dapat diperoleh jika manusia dalam masyarakat itu memiliki hati dan jiwa yang bersih dan suci.

Filosofi ketupat, dengan makna simbolisnya di atas, memberikan pandangan yang kaya dan relevan terhadap interpretasi media sosial bagi umat Islam.

Dalam konteks media sosial yang penuh dengan ragam informasi dan pandangan, filosofi ketupat mengajarkan umat Islam untuk menjaga kesatuan dalam keragaman, serta menyaring informasi dengan bijak agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA:THR Wajib Cair Tujuh Hari Sebelum Lebaran, Ini Aturan Lengkap Kemenaker

BACA JUGA:Info Mudik 2024: H-5 Menuju Lebaran, Lalu Lintas di Jalinsum OKU Timur Sepi

Pertama-tama, filosofi ketupat menekankan pentingnya kesatuan dalam keberagaman. Ketika biji-bijinya dikumpulkan dan ditenun menjadi satu, ketupat mencerminkan harmoni yang tercipta melalui penggabungan beragam elemen menjadi kesatuan yang kokoh.

Dalam konteks interpretasi media sosial, ini mengajarkan umat Islam untuk tidak terperangkap dalam polarisasi ataukonflik yang sering muncul di ruang digital.

Sebaliknya, mereka diingatkan untuk memelihara kesatuan dalam pemahaman nilai-nilai Islam, meskipun dihadapkan pada beragam perspektif dan pandangan di media sosial.

Kedua, filosofi ketupat mengajarkan umat Islam untuk menyaring informasi dengan bijak. Proses menenun ketupat membutuhkan seleksi bahan-bahan yang berkualitas untuk menghasilkan ketupat yang kokoh dan bernilai.

BACA JUGA:Posko Pelayanan Lebaran di Bandara Palembang Siapkan Fasilitas Kesehatan dan Informasi

BACA JUGA:Catat! Pembatasan Angkutan Barang Lebaran Mulai Berlaku Besok, Ini Kendaraan yang Boleh dan Dilarang Melintas

Dalam konteks media sosial, umat Islam perlu menerapkan keterampilan kritis dan literasi digital untuk memilah informasi yang ditemui.

Mereka harus mampu mengidentifikasi konten yang sesuai dengan ajaran agama dan menghindari informasi yang tidak terverifikasi atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Ketiga, filosofi ketupat mengajarkan umat Islam untuk mempertahankan identitas agama mereka dalam menghadapi pengaruh media sosial.

Meskipun berada dalam lingkungan yang penuh dengan ragam budaya dan keyakinan, umat Islam diingatkan untuk tetap kokoh dalam ajaran agama dan moral yang dianut.

BACA JUGA:Operasi Ketupat Musi 2024, Kesiapan Polres Muratara Jaga Keamanan Mudik Lebaran

Kategori :