LUBUKLINGGAU, SUMATERAEKSPRES.ID – Lahan jagung yang ada di Kelurahan Cereme Taba Kecamatan Lubuklinggau Timur II diserang penggerek tongkol atau barisan biji jagung. Hama ini merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) utama pada tanaman jagung.
Penggerek tongkol disebut juga Helicoverpa armigera merupakan hama yang menyerang tongkol atau barisan biji jagung.
BACA JUGA:Garap Dua Hektare Lahan Tanam Jagung
BACA JUGA:Bantu Bibit Gratis untuk Petani, Padi dan Jagung Masing-Masing Dijatah 2 Juta Hektare
Hama ini menyerang tanaman jagung sejak pembentukan tongkol jagung atau bersamaan dengan tumbuhnya rambut jagung pada saat tanaman berkisar usia 45-60 hari tanam.
Gejala serangan hama ini ditandai dengan rambut tongkol jagung terpotong, ujung tongkol ada bekas gerekan dan biji dalam tongkol menjadi rusak.
‘’Bagian dari biji jagung yang sudah terserang larva akan menjadi hampa dan rusak sehingga dapat menurunkan kualitas jagung,’’ ujar Nina Lia Agustina, petugas PPEP POPT (Nina Lia Agustini) pada pertanaman Jagung di Kelurahan Cereme Taba
Nina sendiri sudah melakukan monitoring ke perkebunan jagung. Hasil monitoring OPT yang ditemukan adalah Penggerek Tongkol dengan luas serangan 0,10 Ha dan intensitas serangan 0,63%. Untuk musuh alami yang ditemukan yakni capung, laba-laba dan coccinelidae.
BACA JUGA:Berharap Harga Jagung Naik
BACA JUGA:Mengoptimalkan Lahan Kosong: Imi Dia Panduan Praktis Menanam Jagung untuk Pemula, Gampang Kok!
Sejumlah rekomendasi pun diberikan untuk melakukan pengendalian penggerek tongkol, yakni dengan menggunakan APH Beauveria bassiana.
Jika luas serangan dan intensitas serangan meningkat segera lakukan pengendalian dengan insektisida berbahan berbahan aktif Emamektin benzoat. Lalu, lakukan sanitasi lahan, pemupukan berimbang hingga perlu dilakukan pengamatan rutin untuk memantau perkembangan OPT. (Zul)