PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini akan mundur. Artinya, dalam beberapa waktu ke depan, hujan masih mengguyur. Beberapa hari terakhir, hujan lebat disertai angin kencang terus terjadi di sebagian wilayah Indonesia.
Memasuki April, biasanya intensitas hujan berkurang dan masuk kemarau. Namun, melihat kondisi saat ini, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan mundur. Puncaknya diprediksi terjadi pada Juli dan Agustus.
Wilayah yang awal kemaraunya diprediksi mundur antara lain, sebagian Sumatera Utara, sebagian Riau, dan Lampung. Lalu, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Jogjakarta, Jawa Timur, dan sebagian besar Kalimantan. Kemudian, sebagian Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian Sulawesi Tenggara, dan sebagian Sulawesi Barat. Selanjutnya, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku.
Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2024. Meliputi sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, dan NTT. Lalu, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua. “Sebagian lainnya mengalami puncak kemarau pada Juli,” jelasnya.
BACA JUGA:9 Jenis Tanaman Ini Tahan Kering, Cocok Ditanam di Musim Kemarau
BACA JUGA:Menanam Jagung Di musim Kemarau, Ini Manfaat yang Didapat Petani
Saat ini, masih terjadi El Nino. Dwikorita menyebut fenomena El Nino diprediksi segera menuju netral pada periode Mei-Juli. Namun, setelah triwulan ketiga, berpotensi beralih menjadi La Nina lemah. Gelombang tinggi juga diprediksi akan terjadi dalam dua hari ini.
BMKG menyebut pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari utara-timur laut dengan kecepatan berkisar 10–20 knot. Sedangkan wilayah Indonesia bagian selatan umumnya terdampak pada bibit siklon 91S di Samudra Hindia dan 94S di Australia bagian utara dengan kecepatan 10–35 knot.
Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan gelombang setinggi 1,25–2,5 meter berpeluang terjadi di beberapa perairan di Indonesia. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) pun mengimbau pengguna jasa penyeberangan feri, khususnya di lintas Merak–Bakauheni, untuk mewaspadai kondisi cuaca ekstrem itu. Di Selat Sunda, cuaca ekstrem terjadi selama sepekan terakhir.
Corporate Secretary Shelvy Arifin memastikan, ASDP akan terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan seluruh lembaga terkait untuk mengatur jadwal kapal melihat kondisi di lapangan. ”Dampak yang paling signifikan dari cuaca ekstrem adalah terganggunya jadwal pelayanan kapal dan kemungkinan terhambatnya mobilitas penumpang serta barang,” katanya.
Seperti kondisi Jumat (15/3) lalu. ASDP sempat menunda seluruh jadwal pelayaran dari Pelabuhan Merak, Banten karena cuaca ekstrem. Aktivitas pelayaran feri kembali dibuka kemarin pukul 03.40 WIB setelah cuaca berangsur membaik.
BACA JUGA:Menanam Jagung Di musim Kemarau, Ini Manfaat yang Didapat Petani
BACA JUGA:Ada PLTS Bukit Asam, Petani Tetap Garap Sawah Saat Kemarau Panjang
Di Sumsel, sebagian besar wilayah berpeluang lebih dari 70 persen terjadi curah hujan menengah. Hanya sebagian Empat Lawang berpeluang hingga 70 persen curah hujannya rendah. Sementara wilayah Musi Rawas Utara bagian tengah dan sebagian Musi Rawas berpeluang lebih dari 30 persen curah hujannya tinggi, dengan sifat hujan yang didominasi normal hingga di atas normal.
Wilayah Sumsel saat ini masih dalam periode musim hujan. “Masyarakat diharapkan terus waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang timbul selama periode musim hujan ini, seperti potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang,” tukas Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis. (*)