SUMATERAEKSPRES.ID - Sudah seringkan mendengar tentang istilah 'kuli'? Mari kita telaah bersama makna dan perjalanan kata tersebut.
Sejarah mengungkap bahwa menjadi 'bangsa kuli' merupakan gambaran perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu melawan penindasan dan penjajahan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun, mengapa penjajahan bisa dilakukan oleh bangsa sendiri?
Ini karena pada masa itu, banyak pemimpin lokal yang mengkhianati bangsanya sendiri demi keuntungan pribadi, menjual harga diri dan martabat bangsa kepada penjajah asing.
BACA JUGA: 7 Tips Penting yang Harus Diperhatikan oleh Pemula, Hindari Kesalahan Ini dalam Memelihara Kucing
BACA JUGA:Mengapa 'Dukun' Telah Menjadi Tabu? Ini Dia Jejak Kolonial dan Transformasi Persepsi!
Istilah 'kuli', atau 'coolie' dalam bahasa asing, merujuk pada praktik perbudakan terhadap bangsa pribumi oleh Belanda.
Mereka digunakan untuk membantu mengangkut barang-barang berat, termasuk manusia, atas perintah pejabat lokal yang berpihak pada penjajah.
Kuli bertugas membawa barang dengan tandu atau tongkat bambu melalui medan sulit, menggantikan peran hewan seperti kerbau atau kuda.
Praktik eksploitasi ini mencerminkan kekuasaan dan penindasan pada masa kolonial, yang sayangnya masih mempengaruhi dinamika sosial dan ekonomi di Nusantara hingga saat ini.
BACA JUGA:'Perang Sarung' di Lubuklinggau Makin Parah, Kekhusukan Ramadan Terganggu, Apa Tindakan Polisi?
Istilah 'kuli' pun masih sering digunakan sebagai celaan terhadap profesi tertentu, menciptakan stigma negatif.
Jadi, apakah Anda masih bangga disebut 'bangsa kuli'?
Sebuah frosa yang menghina, menempatkan manusia di bawah status binatang.