"Ya saya menjual dengan harga Rp 17.000 per kilogram karena saya membeli dengan harga Rp 16.000 per kilogram," katanya.
Lanjut kata dia, biasanya saat harga beras standar ia menyetok beras sebanyak 50 kilogram. Namun karena harga beras yang naik ini
Hal senada disampaikan, Candra pemilik warung di Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Martapura membenarkan harga beras naik, bahwa ia tidak lagi menyetok beras karena harga sudah mahal.
"Kami tidak sanggup nyetok beras banyak-banyak karena harga sudah mahal. Ini stok beras yang tersisa. Jadi mending jual jajanan anak-anak dan sembako lain yang harganya tidak naik. Yang penting modal warung mutar," ujarnya.
Terpisah, Ratno salah satu petani di Desa Sukamulya, Kecamatan Semendawai Suku III saat dihubungi melalui handphone menyampaikan, ia mengaku senang dengan naiknya harga beras ini.
Pasalnya stok pupuk subsidi yang kuota dikurangi menyebabkan petani banyak yang membeli pupuk non subsidi.
"Ya senang dengan harga beras yang naik ini mas. Kuota pupuk subsidi saat ini dikurangi oleh pemerintah. Jadi kami petani membeli pupuk non subsidi tentunya menambah biaya yang cukup mahal," ujarnya.
Sedangkan, Vivin salah satu warga Desa Perjaya, Kecamatan Martapura mengatakan, bahwa harga beras warung sudah sekitar satu bulan yang lalu mengalami kenaikan.
BACA JUGA:Idih, Suami Istri Ini Saling Intip, Saling Coblos Pula di TPS, Apa Pilihannya?
BACA JUGA:Ini Kata Melly soal Pentingnya Gunakan Hak Suara
Harga beras semulanya Rp 15.000 per kilogram kini naik sebanyak Rp 2.000 per kilogram menjadi Rp 17.000.
"Dengan naiknya harga beras ini membuat saya berhemat. Saya jadi ngirit ngurangi porsi beli beras. Biasanya saya beli yang kemasan 10 kilogram sekarang jadi beli per kilogram," ujarnya.
Ia juga berharap, harga beras bisa kembali normal seperti semula. Jika pun naik, harganya tidak setinggi saat ini.
“Bulan lalu juga masih ada beras harga Rp 15.000 per kilogram, sekarang sudah mencapai Rp 17.000. Bahkan jika yang premium bisa mencapai Rp 15.000 lebih,” pungkasnya.