OKU TIMUR, SUMATERAEKSPRES.ID - Harga batu bata di Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan mengalami penurunan. Sujiono, perajin batu bata Dusun Sumber Jaya, Desa Perjaya, Kecamatan Martapura, OKU Timur menyebut penurunan harga batu bata tersebut karena faktor ekonomi yang tidak stabil.
Dia mengungkapkan saat ini harga batu bata Rp380 per bata sedangkan sebelumnya mencapai di kisaran Rp400-Rp450 per bata. Menurunnya harga batu batu ini, lanjutnya, kemungkinan disebabkan karena paceklik yang terjadi beberapa bulan yang lalu.
"Turunnya harga ini mungkin karena faktor musim kemarau yang panjang kemarin. Sehingga ekonomi menurun dan mempengaruhi daya beli masyarakat," katanya, Minggu, 4 Februari 2024.
Lanjut kata dia, kondisi ekonomi yang habis paceklik seperti saat ini tentunya sangat mempengaruhi penjualan batu bata apalagi mau pemilu seperti ini. Biasanya saat banyak proyek yang dikerjakan oleh pemerintah harga bata baru akan stabil.
BACA JUGA:Harga Batu Bata Turun, Pengrajin di OKU Timur Sebut Faktor Ekonomi Tidak Stabil
BACA JUGA:Pengusaha Batu Bata Ali: Merintis Usaha dari Nol Menuju Kesuksesan
"Ya bisa dibilang tidak dapat banyak, Mas. Alhamdulillah hasilnya bisa ganti tenaga saja. Namun biasanya jika sudah memasuki bukaan proyek harga stabil," ujarnya.
Ia juga menyampaikan, dalam satu hari ia bisa mencetak kurang lebih 1.500 bata. Lalu setelah dicetak bata akan dibiarkan mengering lalu dilakukan pembakaran untuk mengeraskan batu bata.
"Untuk proses pembakarannya menggunakan kayu bakar. Dan sekali bakar minimal 10.000 bata," ucapnya. Sementara, Narto salah satu pembuat bata warga Desa Gedung Rejo, Kecamatan Belitang menyampaikan, selain harga bata yang cukup murah, ia juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan kayu bakar.
Namun meski demikian pembeli terkadang kesulitan untuk mendapatkan batu bata karena sudah dipesan pembeli terlebih dahulu. "Harga bata masih stabil namun ketersediaan menurun karena banyaknya pesanan. Jika akan membeli bata harus terlebih dahulu memesan agar disiapkan terlebih dahulu," ungkap.
BACA JUGA:Produsen Batu Bata Keluhkan Penurunan Demand
Menurut Narto, jika pada hari biasanya pemesan bisa membeli dan langsung membawa batu bata. Berbeda dengan saat ini pembeli harus memesan dan membayar terlebih dahulu. Sementara bata bisa diambil beberapa hari kemudian setelah dicetak dan dibakar.
"Kami mengalami kesulitan mendapatkan kayu bakar untuk membakar bata, jadi pemesan harus bersabar untuk mendapatkannya. Untuk harga bisa dikatakan stabil jika mengambil langsung di tobong bata. Hanya ongkos angkut saja yang berbeda tergantung lokasi," katanya.
Hal senada juga disampaikan, Ardi pemilik tobong bata di Kelurahan Bukit Sari, Kecamatan Martapura, bahwa saat ini ia kesulitan mencari kayu bakar untuk membakar bata yang dibuatnya.