PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Fenomena banyaknya anak muda terjerat paylater sehingga gagal KPR (kredit pemilikan rumah) menjadi sorotan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kepala OJK Sumsel, Untung Nugroho meminta agar anak muda atau remaja bijak menggunakan paylater.
Pasalnya kredit macet pada paylater yang akhirnya membuat nasabah masuk dalam daftar hitam, sehingga tidak bisa mengajukan kredit lain di perbankan seperti KPR.
Dia mengatakan, anak muda seyogyanya memperhatikan riwayat kredit di lembaga jasa keuangan. Pasalnya kredit macet di satu lembaga jasa keuangan dapat berpengaruh pada lembaga keuangan lainnya. "Kalau sudah tercatat dan mendapatkan warning bisa mempengaruhi lembaga keuangan lainnya,” tegasnya, kemarin.
BACA JUGA:OJK Terima 319.416 Permintaan Layanan, Termasuk Pengaduan Soal Pinjol
BACA JUGA:OJK Minta Bank Blokir Rekening Terkait Judi Online
Menurut Untung, pencatatan penggunaan paylater saat ini sudah dilaporkan juga ke dalam informasi debitur. Pengecekannya dapat melalui SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) secara real time. "Jadi jika penggunaan fasilitas paylaternya macet, di SLIK juga tercatat macet," tegasnya.
Dikatakan, kalau skor kredit/pembiayaan macet (misalnya kol 5), maka tidak memenuhi syarat pengajuan pinjaman ke lembaga jasa keuangan, khususnya KPR. "Nasabah pasti kesulitan memenuhi syarat karena terdaftar SLIK,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi menjelaskan saat ini ada fenomena pengajuan KPR yang ditolak karena anak muda punya kredit macet di layanan buy now pay later (BNPL).
BACA JUGA:OJK Cabut Izin 3 Asuransi, Tahun 2023, 7 Perusahaan Asuransi Dalam Pengawasan
BACA JUGA:Inilah 5 Aplikasi Pinjol Resmi yang Bisa Bantu Biaya Kuliah, Terdaftar OJK dan Dijamin Aman!
"Ada suatu bank bilang, di kredit perumahan untuk masyarakat, banyak anak muda yang tidak bisa KPR karena mereka sudah nyangkut di BNPL," tuturnya.
Kiki menjelaskan pada dasarnya anak muda sudah memiliki tingkat literasi yang baik. Namun masih perlu adanya literasi keuangan secara digital. Berdasarkan data yang dimiliki, lanjutnya, anak muda menggunakan layanan keuangan seperti pinjaman online dan paylater untuk aktivitas konsumtif.
"Kadang cuma buat makan sama pacar, atau beli baju. Mereka tidak tahu kalau itu akan gulung menjadi utang yang mereka harus tetap bayar," terang dia. (yun/fad)