Dia mengenang, awalnya kawasan hutan Khususnya di wilayah Musi Rawas, Lubuklinggau, Muratara serta Jambi sebagai hutan rimba. Namun kini sudah banyak berganti jadi pemukiman.
Habitat alam untuk tempat tinggal warga SAD dan harimau sumatera semakin berkurang. Karena itu, muncul konflik antara manusia dengan harimau sumatera di wilayah perbatasan hutan.
“Itulah kenapa harimau sampai masuk ke pemukiman,” ucapnya. Jafarin menambahkan, harimau merupakan hewan cerdas dan memiliki memori ingatan yang kuat.
“Dia tidak mau mengganggu manusia, kecuali lebih dulu diganggu. harimau kalau diganggu pasti datang menuntut balas. Apalagi kalau anaknya diambil, pasti harimau keluar masuk kampung,” timpalnya.
Khusus di kawasan TNKS wilayah Muratara, diprediksi jumlah harimau sumatera terus berkurang. Pada 1970 diprediksi ada sekitar 600 ekor. Kemudian pada 2002 sekitar 449 ekor. Lalu, 2016 sekitar 249 ekor dan 2020 tinggal sekitar 50 ekor. (zul)