SUMATERAEKSPRES.ID - Wilayah hutan di Kabupaten Muratara menjadi salah satu rumah besar satwa liar. Termasuk harimau sumatera. Apalagi ada kawasan yang masuk Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).
Di Muratara pula, ada seorang mantan pemburu harimau sumatera nomor 1. Yang kini sudah bertobat. Jadi pembersih ranjau harimau. Dia, Mawi, tinggal di Desa Muara Tiku, Kecamatan Karang Jaya.
Meski kini usianya lebih setengah abad, tapi masih tampak gagah. Semua karena dia terlatih sejak muda. Masuk hutan keluar hutan hal biasa. Profesi sebagai pemburu dia geluti kurang lebih 40 tahun lamanya.
Selama itu pula, sudah banyak harimau yang kehilangan nyawa di tangannya. “Kurang lebih 150 ekor yang saya bunuh dan perjualbelikan,” ungkapnya.
BACA JUGA:Tabungan di Bank Masih Menjadi Pilihan Utama Nasabah untuk Menjaga Stabilitas Finansial
BACA JUGA:‘’Bumikan’’ Tulisan Unggak
Namun, sejak 2017 lalu, profesi itu telah ia tinggalkan. Kalau dulu dia menganggap harimau sumatera sebagai harta karun berjalan.
Namun ia kemudian menyadari, dengan perburuan yang ia dan puluhan pemburu lain lakukan selama ini, keberlangsungan hidup harimau sumatera makin terancam punah.
Mawi kini jadi mitra BKSDA untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup harimau sumatera. Sekarang saya bantu-bantu membersihkan ranjau pikat harimau dari sling baja,” bebernya.
Darinya diketahui kalau harga kulit harimau sumatera makin mahal dari tahun ke tahun. Pada 1970, kulit harimau sumatera hanya laku dijual Rp30 ribu. Kemudian pada 2017 sudah dihargai Rp17 juta dan 2020 lalu mencapai Rp25 juta.
Belum lagi taring dan tulang harimau. Semua laku dijual. “Dosa saya sudah tidak terhitung lagi. Semoga dengan cara ini saya bisa menebus sediit dari dosa masa lalu,” imbuhnya.
Dengan tidak lagi memburu harimau sumatera, Mawi kini harus bekerja serabutan untuk bisa bertahan hidup. Dia bantu teman-teman di desanya.
Kadang ikut menangkap ikan, hingga dapat upahan memanjat pohon kelapa. Dia dan para pemburu lain yang tobat hanya bisa ada perhatian yang lebih nyata dari pemerintah.
“Apa saja kerjaan yang ada saya lakukan. Supaya bisa menyambung hidup,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Suku Anak Dalam (SAD) Kabupaten Muratara, Jafarin, menuturkan, harimau sumatera dan warga SAD memiliki hubungan emosional yang kuat. Bahkan warga SAD menganggap harimau sebagai peliharaan sesepuh mereka, yang sama-sama menjaga hutan.