“Tanaman nanas itu ‘kan buah dan pelepahnya banyak produksi turunannya. Ketika kebun nanasnya sudah memberikan banyak keuntungan, tentu pemiliknya akan menjaga kualitas gambut kebun nanasnya,” imbuhnya.
BACA JUGA:Karhutla tak Padam Hingga 65 Hari, TMC Terus Diperpanjang
Untuk itu, menurutnya kolaborasi kreatif dalam aksi peduli lingkungan, sangat dibutuhkan.
“Penanganan karhutla ini bukan hanya tanggungjawab KLHK, Polri, TNI, atau pemerintah. Namu semua pihak harus berkolaborasi. Mulai dari swasta, NGO, masyarakat, hingga anak muda sekalipun,” kata Juris.
Melalui media workshop menggali isu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dari kebijakan nasional hingga aksi di tingkat regional dan lokal, Juris menyebut jurnalis juga dapat berperan.
Pertama, sebagai penyebaran informasi. Kedua, advokasi dan mengawal kebijakan pemerintah.
Ketiga, menjembatani antar stakeholder. "Angkat anak-anak muda yang kreatif, sehingga dilirik birokrat," ucapnya.
"Keempat, melalui kekuatan narasinya menyuarakan dengan cara yang sederhana, sehingga masyarakat dengan apapun background-nya dapat mencerga,” imbaunya.
Meskis secara pribadi, Juris sendiri sudah idak setuju lagi dengan sebutan perubahan iklim. Tapi menurutnya, sudah krisis iklim.
“Kalau perubahan iklim itu ‘kan, bisa kembali lagi seperti musim. Tapi kalau krisis iklim ini, tidak bisa kembali lagi seperti semula,” pungkasnya. (andri)