Memang, budidaya ikan gabus yang dilakukan di Siak, korelasinya tidak langsung seperti ketika terjadi karhutla lalu melakukan upaya pemadaman.
”Tapi lebih ke upaya pencegahan, melalui pelestarian lingkungan, pelestarian sungai, dan konservasi fauna,” tegas Juris.
Benang merahnya, ikan gabus habitatnya di rawa-rawa, sungai, waduk. “Hingga di konsevasi gambut dan area sekat kanal, yang awalnya hanya dirancang untuk mencegah kebakaran gambut,” ulasnya.
BACA JUGA:Audisi Umum PB Djarum 2023: Titik Awal Perjalanan Para Bintang Muda Bulu Tangkis
BACA JUGA:Palembang Kirim 2 Atlet Penerus Ahsan di Audisi Umum PB Djarum
Sebagaimana diketahui, kandungan almbumin pada ikan gabus sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari ikan salmon sekalipun.
Yakni, protein di plasma darah yang fungsinya menjaga cairan dalam darah tidak bocor ke jaringan lain.
Protein ini juga membantu membawa berbagai zat ke seluruh tubuh, seperti hormon, vitamin, dan enzim.
“Anak-anak muda di Siak itu kemudian memproduksi ekstrak albumin ikan gabus, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” paparnya.
Karena orang Indonesia, kerap memanfaatkan protein tinggi pada ikan gabus untuk membantu proses pemulihan kesehatan.
“Terutama bagi ibu yang baru melahirkan, anak-anak baru sunat, dan lainnya,” kata Juris.
BACA JUGA:Hujan Turun, Karhutla Padam
BACA JUGA:Tinjau Penanganan Karhutla di OKI, Hal Ini yang Dilakukan Menteri LHK
Nah untuk menjaga kualitas ikan gabus yang memberikan benefit, maka ekosistem gambut harus tetap terjaga. Aliran sungai harus terus terjaga, agar air bisa terus membasahi gambut.
“Sehingga dengan gambut yang terus basah, maka dapat mencegah atau paling tidak meminimalkan kebakaran gambut. Jangan ditutup aliran sungai, dengan alasan untuk investasi perkebunan ataupun proyek infrastruktur,” tegasnya.
Bahkan menurut Juris, tanaman nanas pada lahan gambut juga dapat mencegah karhutla.