Berdasarkan penelitiannya, trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki daya serap CO2 yang sangat tinggi, dibandingkan tanaman lainnya seperti akasia dan kenanga.
“Jika jejak karbon rata-rata penduduk Indonesia 1,8 ton per tahun, maka satu pohon trembesi dapat mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari sekitar 15 penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Pohon trembesi yang dapat menjulang tinggi dan bentangnya yang lebar, dapat menahan memperlambat air hujan yang jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi.
“Sebab air hujan adalah salah satu penyebab terjadinya erosi (pengikisan pada lapisan tanah),” jelasnya.
Lanjut dia, air hujan yang jatuh perlahan, dapat diserap tanah.
“Sehingga tidak membawa butiran tanah yang dapat membuat air sungai berwarna kecoklatan,” imbuh Endes.
Cabang trembesi sangat kuat, cocok untuk peneduh jalan. Daunnya berukuran kecil, sehingga kurang menimbulkan kesan kotor di jalan.
Trembesi juga tidak menghasilkan zat allelopathyu, sehingga tumbuhan jenis lain dapat tumbuh di bawahnya.
Endes sangat mengapresiasi dan mendukung Djarum Trees For Life, yang sudah menghijaukan Indonesia melalui penanaman trembesi, dan berbagai jenis tanaman lainnnya.
Kegiatan Bakti Lingkungan Djarum Foundation ini, menurutnya sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk periode 2015-2030.
SDGs membahas 17 goal (target) untuk mewujudkan kehidupan dunia yang adil, sejahtera, dan damai, yang bebas dari kemiskinan, kesenjangan, keterbelakangan, pandemi, kekerasan, terorisme, dan kerusakan lingkungan hidup serta perubahan iklim.
Dimana goal ke-13 SDGs. mengamanatkan untuk segera mengambil tindakan memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
“Terjabar tujuan di dalamnya, untuk memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya terkait iklim serta bencana alam di semua Negara,” ulasnya. (andri)