“Asal sesuai prosedur PPT, dengan syarat tidak untuk diperjualbelikan atau untuk kepentingan komersial lainnya,” bebernya.
Termasuklah pohon-pohon trembesi yang ditanam BLDF melalui program Djarum Trees for Life. Menghijaukan Indonesia, sekaligus menyerap reduksi karbon.
Keberadaan pepohonan trembesi yang ditanam BLDF, jelas menguntungkan Sumsel.
Dalam hal ini, Kota Palembang, Kabupaten OI, dan OKI, yang dilalui Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Sebab, khusus wilayah Kabupaten OI dan OKI, selain ramai pelintasi pengguna jalan tol, juga sebagai daerah lumbung kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Sumsel.
Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), karhutla di seluruh Indonesia selama Januari - Juli 2023, sudah menghasilkan emisi karbon sekitar 9,60 juta ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e). Termasuk sumbangan dari OI dan OKI.
Karhutla di Sumsel, sudah jadi cerita berseri setiap tahunnya. Sehingga Menteri LHK RI, Siti Nurbaya pun tiap tahun turun memantau karhutla di Sumsel.
Terakhir, Menteri LHK Siti Nurbaya meninjau karhutla di Kabupaten OKI, Sumsel, pada 12 November 2023.
Siti menyebut, tahun 2023 di Sumsel jumlah titik panas menjadi titik api sebanyak 10.090 titik.
Sementara karhutla Sumsel dari periode Januari sampai September 2023, luasannya mencapai 32.498,5 hektare.
Dari luasan tersebut, Kabupaten OKI menempati urutan pertama dengan luasan 20.558,3 hektare.
Terdiri dari 9.092,5 hektare vegetasi gambut, dan 11.365,8 hektare vegetasi non-gambut.
Disusul Kabupaten Ogan Ilir (OI), dengan luasan karhutla 3.615,9 hektare pada vegetasi non-gambut.
Terpisah, sebelumnya Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Dr. Ir. H. Endes N. Dahlan, mengatakan suatu wilayah karhutla membutuhkan rehabilitasi.
Lahan bekas kebakaran, sesungguhnya merupakan tanah subur karena banyak mengandung mineral berupa abu.
“Jenis tanaman yang cocok, salah satunya trembesi. Dapat hidup di daerah kering atau yang tergenang air,” paparnya.