PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia lantaran hampir mencapai 268.000 hektare (ha) pada tahun 2022.
Angka itu setara dengan 20,84 persen dari luas perkebunan kopi secara nasional yang sebesar 1,29 juta ha. Setali tiga uang dengan produksi kopi Sumsel, tahun lalu mencapai 208.043 ton biji kering dengan jumlah petani yang tergantung di usaha tani kopi sebanyak 198.021 Kepala Keluarga (KK).
Para petani kopi itu tersebar di 13 Kabupaten/Kota Sumsel dan yang terluas ada di Kabupaten OKU Selatan 89.050 ha, Kabupaten Empat Lawang 62.134 ha, Kabupaten Lahat 54.179 ha, Muara Enim 23.101 ha, OKU 22.068 ha, dan Kota Pagaralam 8.084 ha. “Namun memang pada tahun 2023 ini produksi kopi mengalami penurunan akibat cuaca elnino dan kemarau sepanjang tahun,” ungkap Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel, Rudi Arpian kepada Sumatera Ekspres, kemarin (22/11).
Menurutnya hal ini disebabkan karena panas yang terlalu lama membuat bakal buah kopi terbakar dan gugur bunga, sehingga produksi tinggal separuh atau 50 persen lagi. Sementara permintaan komoditas kopi di Sumsel masih sangat tinggi membuat harga kopi asalan pun meningkat hingga 100 persen.
“Saat ini untuk kopi Robusta asalan dibeli dengan harga Rp35-38 ribu per kg, bahkan ada yang sanggup membeli hingga Rp40 ribu per kg tergantung kualitas kopinya,” cetusnya. Sementara Kopi Arabica Grade I dibeli seharga Rp110-125 ribu per kg. Saat ini kopi Arabica sangat langka namun permintaan masih tinggi, dan pihaknya memprediksi ke depan harga kopi bisa lebih naik lagi.
Untuk mensiasati rendahnya produksi kopi akibat musim panas berkepanjangan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Disbun Sumsel menganjurkan kepada petani untuk membuat embung atau pompanisasi secara berkelompok, memang ada bantuan untuk itu tapi skalanya sangat terbatas sekali.
Sedangkan untuk mengurangi ketergantungan dengan pupuk kimia, kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk saat ini, Disbun Sumsel mengembangkan desa kopi organik di Kabupaten Lahat, Kabupaten OKU Selatan, dan Kota Pagaralam dengan integrasi ternak kambing.
“Kotoran kambing itu bisa dijadikan pupuk yang sangat bermanfaat bagi tanaman kopi,” cetusnya. Dengan demikian pihaknya berharap ini dapat menjadi contoh bagi petani kopi lainnya dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan kesejahteraan petani di Provinsi Sumsel. (fad/lia)