SUMATERAEKSPRES.ID. Setiap tanggal 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia.
Diabetes adalah salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Diabetes juga merupakan penyakit metabolik yang terjadi ketika terdapat kadar gula yang tinggi pada tubuh, namun tidak dapat dipergunakan secara maksimal oleh tubuh. Penyakit ini juga termasuk ke dalam kategori penyakit kronis berbahaya, terutama jika sudah terjadi komplikasi. Penyebab Diabetes Gula darah merupakan komponen yang sangat penting dalam tubuh sebagai sumber energi agar fungsi tubuh lebih maksimal saat beraktivitas. Namun, jumlah asupan gula harus disesuaikan dengan aktivitas harian kita. Yang menjadi masalah adalah saat tubuh mendapatkan asupan gula, sementara aktivitas fisik sangat terbatas. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penumpukan gula darah. Sedangkan dalam jangka panjang, penumpukan gula darah dalam tubuh akan meningkatkan risiko diabetes. BACA JUGA:Melawan Diabetes dengan Gaya Hidup Sehat, Ribuan Peserta Ikuti Kampanye Tropikana Slim Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan tubuh gagal membakar gula yang ada dalam tubuh secara maksimal, di antaranya adalah: -Kurangnya aktivitas fisik. -Asupan gula yang terlalu tinggi. -Terganggunya respons tubuh terhadap insulin. -Berkurangnya produksi insulin oleh pankreas. -Kinerja insulin terhambat akibat adanya hormon lain. Insulin adalah hormon yang dihasilkan tubuh untuk membantu memaksimalkan penyerapan glukosa atau gula ke dalam sel-sel tubuh, untuk kemudian diolah menjadi sumber energi dan kelebihannya akan disimpan sebagai cadangan energi. Jenis-jenis Diabetes Penelitian pada Introduction to Diabetes Mellitus membagi diabetes dalam tiga jenis, yaitu: 1. Diabetes Tipe 1 Pada dasarnya, diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun, yakni kondisi ketika antibodi yang seharusnya bekerja melindungi tubuh terhadap infeksi, malah berbalik menyerang sel tubuh itu sendiri. Pada diabetes tipe 1, yang dirusak adalah sel beta yang terdapat pada pankreas. Proses tersebut membuat rusaknya sel-sel beta yang akan memproduksi insulin. Belum diketahui apa penyebab antibodi menyerang sel beta pankreas. Namun, para pakar meyakini jika faktor genetik dan infeksi virus tertentu merupakan penyebabnya. BACA JUGA:5 Manfaat Daun Salam, Nomor 1 Cocok untuk Penderita Diabetes 2. Diabetes Tipe 2 Pada diabetes tipe 2 produksi insulin berjalan normal. Tapi, sensitivitas tubuh dalam merespons kadar gula darah menurun sehingga penggunaannya menjadi tidak maksimal. Umumnya kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, terutama mereka yang sudah berusia di atas 30 tahun. Faktor gaya hidup, seperti kurang melakukan aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan tinggi gula, berperan penting dalam tercetusnya penyakit ini. Selain itu, faktor genetik dan obesitas yang tidak ditangani dengan baik, cukup berpengaruh dalam peningkatan risiko diabetes tipe 2. 3. Diabetes Gestasional Diabetes gestasional adalah penyakit diabetes yang umumnya bersifat sementara. Penyakit ini akan menyerang pada ibu hamil dan biasanya akan sembuh sendiri setelah melahirkan. Penyakit ini biasanya mulai menyerang di minggu ke-24 usia kehamilan. Meski bisa sembuh sendiri, bukan berarti diabetes gestasional tidak berbahaya. Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan berlebih, kelahiran prematur, atau lahir dengan gula darah rendah atau hipoglikemia. Untuk ibu hamil, diabetes gestasional berpotensi menyebabkan komplikasi, seperti preeklamsia dan hipertensi. Sang ibu juga berisiko terserang diabetes gestasional di kehamilan berikutnya, yang dapat meningkatkan potensi terkena diabetes tipe 2 pasca melahirkan. BACA JUGA:Penderita Diabetes Tetap Bisa Konsumsi Nasi, Begini Caranya Diagnosis dan Gejala Diabetes Delapan Tanda Seseorang Terkena Diabetes: -Sering merasa lelah padahal tidak melakukan aktivitas fisik -Sering merasa haus padahal sudah minum cukup air. -Berat badan turun tanpa sebab yang jelas. -Sering diserang rasa lapar yang ekstrem. -Luka lama atau sulit sembuh. -Pandangan kabur. -Sering buang air kecil. -Sering mengalami infeksi, termasuk pada kulit, gusi, dan organ intim. BACA JUGA:Cara Konsumsi Bawang Putih untuk Kelola Diabetes-Kolesterol Pada pasien, gejala diabetes tersebut akan berjalan cukup cepat sehingga Anda bisa merasakan perubahan ekstrem pada tubuh. Jika merasakan tanda-tanda ini, segera kunjungi dokter untuk dilakukan pemeriksaan, dan penanganan medis. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk tes kadar gula darah. Seseorang bisa dikatakan memiliki penyakit diabetes, jika: -Kadar gula darah mencapai lebih dari 200 mg/dL, disertai dengan munculnya beberapa gejala, seperti sering haus, sering buang air kecil, sering merasa lapar, luka sulit atau lama sembuh, dan lainnya. -Kadar gula darah puasa mencapai lebih dari 126 mg/dL. Kadar gula darah puasa adalah saat dilakukan pemeriksaan dan Anda tidak mendapatkan asupan kalori selama minimal 8 jam. -Kadar gula darah mencapai lebih dari 200 mg/dL setelah dilakukan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Tes ini merupakan pemeriksaan kadar gula darah ketika Anda mendapat asupan gula sekitar 75 gram. Meski saat ini sudah banyak alat tes gula darah mandiri, untuk mengetahui apakah Anda mengidap diabetes atau tidak, pemeriksaan oleh dokter merupakan langkah terbaik. Karena, alat tes mandiri hanya berfungsi untuk memantau kadar gula darah. BACA JUGA:Penderita Diabetes Tetap Bisa Konsumsi Nasi, Begini Caranya Pengobatan Diabetes Pengobatan diabetes umumnya berjalan lama. Penderitanya juga harus disiplin menjalankan 5 pilar pengobatan diabetes yang mencakup edukasi, pengaturan pola makan, olahraga, konsumsi obat-obatan, dan pemantauan gula darah mandiri. Selain itu, konsumsi obat herbal untuk meningkatkan produksi insulin dan menurunkan kadar gula darah, sebaiknya dilakukan atas seizin dan pengawasan dokter. Pasalnya, konsumsi obat-obatan medis bersama obat herbal dapat berisiko menyebabkan hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah secara ekstrem. -Berhati-hati pula karena terdapat beberapa obat-obatan herbal yang jika dikonsumsi dalam jangka panjang dan jumlah berlebih dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk berisiko merusak hati dan ginjal.(berbagai sumber)
Kategori :