GAZA – Jumlah korban serangan zionis Israel ke Jalur Gaza terus bertambah. Total sudah lebih dari 10 ribu orang yang kehilanyan nyawanya dalam konflik bersenjata kedua negara ini.
Tepatnya 10.022 orang. 4.104 diantaranya adalah anak-anak. Sedangkan 6.360 anak lainnya terluka.
Sedangkan dari kalangan orang dewasa 5.918 orang tewas dan 19.048 orang lainnya terluka.
Kemudian, setidaknya 88 staf Badan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) tewas juga akibat bombardier tentara Israel.
BACA JUGA:GILA, Menteri Israel Ini Ancam Gunakan Bom Nuklir ke Gaza. Begini Reaksi Arab Saudi!
BACA JUGA:Militer Israel Makin Menggila, Universitas Al-Azhar di Gaza Dirudal. Begini Kondisinya Saat Ini!
Jumlah itu merupakan angka tertinggi staf PBB yang jadi korban di satu area konflik. Bukan kah itu artinya Israel tak memandang adanya PBB?
Pemimpin Rumah Sakit (RS) Al Shifa di Gaza, akibat serangan Minggu malam saja, setidaknya ada 200 korban tewas.
Dan jumlah korban akan terus bertambah karena Israel belum menghentikan aksi brutalnya di Gaza.
Kekejaman itu membuat makin banyak negara di dunia tidak respek dengan Israel. Afrika Selatan mengikuti jejak tujuh negara lainnya yang memanggil pulang diplomat mereka dari negara.
BACA JUGA:9.500 Orang di Gaza Tewas, 3.900 Anak-Anak. Israel Menggila, PBB Where Are U?
BACA JUGA:Sadis, Militer Israel Tegaskan Tidak Menjamin Keselamatan Jurnalis di Jalur Gaza
”Kami yakin respons yang dilakukan terhadap Israel adalah hukuman kolektif,” kata Menlu Afrika Selatan, Naledi Pandor.
Mereka prihatin dengan pembunuhan demi pembunuhan yang terus dilakukan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza.
Afrika Selatan salah satu negara yang akan terus menyerukan gencatan senjata komprehensif di Palestina.
Selain Indonesia, bantuan untuk Palestina juga dikirimkan Yordania. Salah satunya pasokan medis darurat ke rumah sakit lapangan di Jalur Gaza.
BACA JUGA:Tewaskan Lebih 4.000 Orang Palestina. Tak Menyingkir Dicap Teroris, Warga Gaza Malah Bilang Begini
BACA JUGA:Mohon Doanya, 3 Relawan MER-C Indonesia Hilang Kontak di Gaza. Ini Nama Ketiga Relawannya !
Pengiriman dilakukan para penerjun udara atau airdrop, tidak lewat darat.
Bantuan tersebut dijatuhkan dari udara di lokasi yang sudah ditentukan dengan menggunakan parasut.
Rumah sakit itu dikelola Yordania sejak 2009. Karena perang ini jadi kesulitan obat-obatan dan peralatan medis.
“Ini adalah tugas kita untuk membantu saudara-saudari kita yang terluka dalam perang di Gaza,” tulis Raja Jordania Abdullah II di media sosial X seperti dilansir Al Jazeera.
BACA JUGA:Bikin Merinding, Sepotong Ayat As-Saffat Ditemukan di Reruntuhan Masjid Gaza Palestina, Ini Maknanya
BACA JUGA:Serangan Mematikan di RS Gaza Palestina, Bom Israel Tewaskan 500 Lebih Warga Sipil
Rumah sakit yang dikelola Yordania itu terancam tidak bisa beroperasi jika blokade terus dilakukan dan tidak ada bantuan yang masuk.
Adanya kekejaman terhadap wilayah Gaza diakui IDF. Dalam sehari, mereka membombardir sekitar 450 lokasi.
Dua universitas hancur, yakni Al Azhar University dan sebelumnya di awal November kemarin Islamic University of Gaza.
Selain universitas, sekolah, rumah sakit, permukiman penduduk, dan tempat pengungsian juga jajaran sasaran bom Israel.
BACA JUGA:Perang Gaza
BACA JUGA:Ngeri! 2 Juta Rakyat Indonesia Bela Palestina. Ini Penampakannya, Bikin Merinding
Peristiwa tak terduga terjadi. Iron Dome yang seharusnya melindungi penduduk Israel dari serangan rudal Hamas justru malafungsi.
Dalam video yang beredar, tampak misil yang seharusnya menghalau roket-roket Hamas berputar-putar dan jatuh di permukiman serta rumah sakit di Kota Rishon LeZion, bagian selatan Tel Aviv, ibu kota Israel.
Sementara, negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), dan otoritas Palestina marah besar terhadap AS.
Menteri muda bidang warisan Israel, Amihai Eliyahu menyatakan, senjata nuklir bisa dijadikan opsi serangan ke Gaza.
BACA JUGA:Semangka Jadi Simbol Perlawanan Palestina Terhadap Israel, Ini Ayatnya dalam Alquran
Eliyahu bahkan menyuruh warga Palestina hengkang ke Irlandia atau ke gurun saja.
Ua juga enggan memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Palestina di Gaza. Bahkan menyebut Palestina dengan Nazi.