Sebelumnya, IW dan anaknya yang berusia 4 tahun pergi ke Masjid Muhajirin untuk salat berjemaah, dilanjutkan mengisi pengajian bapak-bapak.
“Kami tidak tahu apakah pimpinan kami dijemput di masjid atau di jalan," tambahnya.
IW merupakan pimpinan ponpes yang berdiri sekitar enam tahun lalu. Tepatnya sejak 2017 lalu. Ada 40 santri dan 16 ustaz di ponpes itu. Para santri berasal dari berbagai kecamatan di OKI hingga Muara Enim.
BACA JUGA:Densus 88 Geruduk Terduga Teroris di OKI dan Muba, Ada Warga yang Diamankan, Siapa?
Sistem belajar di sana seperti ponpes umumnya. Para santri yang semuanya laki-laki juga diajari Pencak Silat Tapak Manunggal sekali seminggu. Kepala Desa (Kades) Mulya Guna, Rahman membenarkan adanya penangkanan IW.
"Benar. Dia sebelumnya sempat menjadi pengurus masjid disini, juga mengajar di ponpes," ungkap Rahman. Dia mendapatkan informasi soal penangkapan IW dari warganya.
Menurut Rahman, IW sudah tinggal cukup lama di Desa Mulya Guna dan berprofesi sebagai seorang ustaz. "Kebetulan saya juga cukup lama kenal dan kami berteman. Jadi kaget begitu dengar dia ditangkap. Sebab selama ini tidak ada perilaku yang mencurigakan," tandasnya.
Kapolres OKI, AKBP Dili Yanto SIK MH mengatakan belum mendapatkan informasi soal penangkapan itu. "Mohon maaf, belum monitor," ujarnya.
Ketua MUI OKI, KH Muazni Masykur belum mendapat informasi secara utuh terkait penangkapan salah seorang pimpinan ponpes di OKI oleh Densus 88.
Namun, untuk ponpes tersebut memang sampai saat ini belum mendapat izin. Sedangkan Ketua Dewan Dakwah OKI, Suparjon Tsabit Al Haq menambahkan, IW bukan orang baru.
“Dia merupakan orang lama yang terindikasi radikalisme. Lembaga itu sudah empat tahun tidak diberikan izin operasional karena terindikasi paham radikalisme. Tapi afiliasinya saya tidak paham," imbuhnya.
Sementara, empat terduga teroris lain belum terlacak ditangkap dari daerah mana. Kasat Intel Polrestabes Palembang, AKBP Yulianto memastikan, tidak ada penangkapan oleh Densus 88 AT di wilayah Palembang.
“Kamis pastikan dari laporan anggota, lima itu bukan ditangkap di Palembang,” ujarnya.
Tapi untuk memastikan agar ini tidak terjadi susupan atau simpatisan teroris ke wilayah Palembang, pihaknya terus memperkuat intelijen. Mendeteksi wilayah yang patut diduga jadi persembunyian mereka.
“Karena mereka membaur dengan masyarakat, jadi sulit untuk proses identifikasinya,” jelasnya. Karena itu, personel intelejen terus bergerak dalam upaya antisipasi dan pencegahan.