Berusia 400 Tahun, Rumah Besar Pertama di Mendayun

Selasa 17 Oct 2023 - 20:40 WIB
Reporter : Irvan Bahri
Editor : Irvan Bahri

OKU TIMUR,SUMATERA EKSPRES.ID - Desa Mendayun berada di Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten OKU Timur. Desa tersebut merupakan desa tertinggal. Dimana penduduk aslinya sudah banyak merantau ke Palembang.

Kini populasi jumlah menduduk asli mendayun diperkirakan hanya 3 persen. Dan, mayoritas ditempati suku Jawa yang awalnya merupakan warga trasmigrasi.

Kini jumlah suku Jawa di Desa Mendayun sudah mencapai 90 persen lebih. Bahkan dikatakan hampir semuanya ditempati mereka.

Meski demikian, Desa Mendayun banyak menghasilkan tokoh-tokoh di Sumatera Selatan (Sumsel),  bahkan nasional.

BACA JUGA:Destinasi Wisata Taman Darma Buana Pertahankan Seni Budaya dan Tonjolkan Wisata Religi

Sebut saja, Prof KH Zainal Abidin Fikri, (Rektor UIN Raden Fatah),  Mayjen  (Purn) Aqlani Maza, Tabrani Ismail (Dirut Pertamina) dan sebagainya.

Penduduk asli desa tersebut kini banyak melakukan urbanisasi atau pindah ke kota Palembang. Warga asli Mendayun masih banyak dijumpai di kawasan Seberang Ulu (SU), Plaju, Kertapati di Kota Palembang.

Meski demikian, Desa Mendayun masih sering didatangi para keturunan dan penduduk aslinya. Nah, untuk menampung mereka di Desa Mendayun terdapat ada rumah adat.

Dimana rumah tradisional tersebut menjadi tempat persinggahan dan bermusyawarah.

Rumah adat tersebut dikenal dengan nama “Lombahan Balak”.

BACA JUGA:Aset Budaya Komering, Sedekah Balaq Kini Mendapatkan Pengakuan Kemendikbudristek

Rumah panggung yang berbuat dari kayu tersebut menjadi tempat bagi siapa saja yang akan berkunjung atau pulang ke Desa Mendayun.

Lombahan balak juga sudah menjadi rumah adat yang kini dilestarikan dan dipertahankan pemerintah Kabupaten OKU Timur.

Kepada koran ini, Maliki (89) sesepuh warga Mendayun sekaligus yang menempati rumah adat tersebut mengatakan kalau lombahan balak kini sudah berusia 400 tahun lebih.

“Rumah ini (Lombahan balak, red) peninggalan Tuan Penghulu. Usianya sudah 400 tahun lebih,” ujar Maliki.

BACA JUGA:Lima Situs Diajukan Jadi Cagar Budaya 

Dikatakannya, lombahan balak ini sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.

“Rumah ini (Lombahan balak, red) merupakan rumah pertama yang ada di Desa Mendayun. Rumah ini juga punya tujuh keturunan,” lanjutnya.

Lombahan balak berdiri bersamping dengan Masjid Agung Umari dan dekat Makam puyang Tuan Mashur.

“Dulunya rumah ini pernah dihuni beberapa pesirah Mendayun. Seperti Kiai Morga, Kiai Murod dan sebagai. Kalau sekarang saya,” jelasnya.

Dijelaskannya, lombahan balak sengaja didirikan di dekat tepian Sungai Komering.

BACA JUGA:Pagelaran Wayang Kulit Lestarikan Budaya

Hal itu, dikarena Desa Mendayun berada di seberang Sungai Komering.

Kategori :

Terkait