*Pesaing Haruslah Bukan Penantang Baru
SUMATERAEKSPRES.ID - Perkembangan perpolitikan Sumsel tak lepas dari sorotan para pengamat.
Termasuk saat Gubernur H Herman Deru (HD) menegaskan akan kembali berpasangan dengan Wakil Gubernur H Mawardi Yahya (MY) dalam kontestasi Pilgun 2024.
Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (FH Unsri) yang juga pemerhati politik, Dr Febrian MS menilai, keputusan untuk kembali berpasangannya Herman Deru-Mawardi Yahya atau HDMY Jilid 2 bisa dianggap biasa, tapi juga luar biasa. Kenapa begitu?
Katanya, dengan kapasitas dan kapabilitas HDMY yang telah berpasangan memimpin Sumsel lima tahun terakhir, duet mereka untuk periode kedua mungkin dianggap biasa.
Yang luar biasanya, HD yang juga Ketua DPW Partai Nasdem Sumsel diinstruksikan oleh Ketua Umumnya Surya Paloh untuk maju sebagai caleg DPR-RI dalam Pileg 2024. Namun, HD menegaskan fokus pada Pilgub.
"Kalau itu biarlah internal Partai Nasdem. Tapi jika dilihat dari posisinya sebagai gubernur, itu juga menjadi hal yang penting bagi Nasdem.
Dengan popularitas dan ketokohannya saat ini, akan aneh apabila Pak Deru tidak mencalonkan diri lagi sebagai calon gubernur periode kedua," sebut Febrian.
BACA JUGA : Parpol Belum Fokus PilkadaDari kaca matanya, gelagat HDMY akan kembali berpasangan sudah terlihat di awal keduanya dilantik.
“Kalau orang politik pastilah bisa melihat keduanya berkeinginan untuk melanjutkan kembali kiprah bersama di pemerintahan,” tambahnya.
Febrian melihat secara riil politik HD mudah dibaca. Hal itu semestinya juga sudah dibaca kandidat lain yang ingin mencoba peruntungannya dalam Pilgub Sumsel 2024. Pun halnya dengan MY yang kini duduk sebagai salah seorang pengurus di DPP Partai Gerindra.
“Kalau ada kader Gerindra lain seperti Pak Eddy Santana yang berkeinginan maju pilgub, nanti internal Gerindra yang akan memutuskan.
Salah satu pasti secara bijak diminta untuk mundur. Tentu saja dengan kompensasi dan bergaining politik,” jelasnya.
Sementara kandidat pesaing HDMY harus berupaya dan bekerja lebih keras untuk dapat menyaingi duet petahana.
"Tidak hanya cukup dengan menyebar pamplet dan baliho saja, tapi sudah tahu peta politik Sumsel. Untuk bisa bersaing dengan HDMY, bukan kandidat yang baru setahun belakangan bersosialisasi," pungkasnya.
Terpisah, guru besar FISIP Unsri, Prof H Ardiyan Saptawan mengungkapkan, dari sisi popularitas jelas pasangan HDMY selaku petahana lebih dikenal.
Namun, ia berpendapat yang populer tidak selalu tegak lurus dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan di masyarakat.
"Mungkin ada kelemahan dari pasangan petahana, segala perilaku dan tindak tanduknya selama menjabat yang dilihat masyarakat.
Tinggal lagi apakah masyarakat menyukai atau respect dengan program yang dijalankan atau tidak," bebernya.