https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Menyongsong Puncak Bonus Demografi: Bagaimana Mengoptimalkannya?

Mardiana SST MSi (Statistisi Ahli Madya BPS Sumatera Selatan)--

SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia sedang menikmati bonus demografi, sebuah peluang emas saat penduduk usia produktif (15 sampai 64 tahun) lebih besar dibandingkan usia belum produktif (0-14 tahun) dan usia lansia (di atas 65 tahun). Puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan berlangsung pada periode 2020-2035.

Momen berharga ini dapat menjadi penggerak perekonomianyang berpotensi mengangkat Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap country), asalkan penduduk usia produktifnya memiliki kualitas pendidikan yang baik, kesehatan prima dan pekerjaan yang layak. Namun, tanpa kualitas tersebut bonus demografi ini bisa berubah menjadi ancaman serius bagi pembangunan bangsa.

Di seluruh provinsi di Indonesia, bonus demografi sudah terjadi. Bahkan di beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Bali dan Papua sudah melewati masa puncaknya. Lantas bagaimana dengan kondisi Sumatera Selatan? Kapankah puncak dan berakhirnya bonus demografi di Sumatera Selatan?

BACA JUGA:Indonesia di Ambang Bonus Demografi, Banyak Penduduk Usia Produktif

BACA JUGA:Gizi Anak dan Ibu Hamil Prioritas Program Prabowo-Gibran, Strategi Cerdas Hadapi Bonus Demografi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini Sumatera Selatan sedang memasuki masa transisi demografi dimana angka kelahiran dan angka kematian sama-sama mengalami penurunan. Angka Total Fertility Rate (TFR) Sumatera Selatan mengalami penurunan selama periode 1971-2020 yaitu dari 6,33 menjadi 2,23 yang berarti pada tahun 2020 seorang perempuan melahirkan rata-rata sekitar dua anak selama masa reproduksinya.

Sementara itu,angka Infant Mortality Rate (IMR) mengalami penurunan dari 155 menjadi 16,78 yang berarti pada tahun 2020 terdapat sekitar 16-17 kematian bayi dari 1.000 kelahiran hidup. Kondisi ini tidak terlepas dari keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang menekan jumlah kelahiran dan kemajuan pembangunan terutama di bidang Kesehatan yang ditandai dengan peningkatan jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan.

Transisi demografi ini tentu saja memengaruhi komposisi penduduk. Pada tahun 2023 penduduk di Sumatera Selatan di dominasi oleh penduduk usia produktif sebesar 67,92 persen, sedangkan persentase penduduk usia belum produktif sebesar 25,97 persen, dan persentase penduduk lansia sebesar 6,11 persen. Data ini merupakan bukti bahwa Provinsi Sumatera Selatan sedang berada dalam era bonus demografi.

Hampir seluruh provinsi di pulau Sumatera sudah memasuki puncak bonus demografi. Hanya Provinsi Aceh, Riau dan Sumatra Selatan yang belum memasuki puncak bonus demografi.

BACA JUGA:Kualitas Guru Menyongsong Bonus Demografi 2045

BACA JUGA:Deru Minta Manfaatkan Bonus Demografi

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), puncak bonus demografi di Sumatera Selatan akan terjadi di tahun 2032 dan berakhir di tahun 2042. Menilik informasi ini masih panjang waktu yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat Sumatera Selatan untuk mengoptimalkan bonus demografi yang sudah di depan mata.

Tetapi harus diingat“time flies so fast”waktu yang tersisa ini jangan sampai membuatterlenakarena setelah masa bonus demografi berakhir penduduk usia produktif akan menjadi penduduk lansia. Penduduk lansia ini akan menjadi beban bagi pemerintah apabila mereka tidak memiliki sumber pendapatan dan tidak dalam kondisi sehat.

Sudah atau belum optimalnya bonus demografidapat dilihat darikualitas dan produktivitas tenaga kerja yang tersedia. Kualitas tenaga kerja dapat digambarkan dari tingkat pendidikan tenaga kerja yang tersedia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan