Popularitas Akik Meredup Tapi Pencarian Batu Cinnebar di Muratara Tetap 'Ngegas', Kok Bisa?

Popularitas Akik Meredup Tapi Pencarian Batu Cinnebar di Muratara Tetap 'Ngegas', Kok Bisa?-Foto: Zulkarnain-

MURATARA, SUMATERAEKSPRES.ID – Meski popularitas batu akik telah meredup, keberadaan batu alam di Kabupaten Muratara tetap eksis.  Para penambang lokal di wilayah ini kini mengalihkan perhatian mereka ke batu cinnebar, selain kristal akik yang tetap dicari.

Adi, seorang pengepul batu dari Muratara, mengungkapkan bahwa transaksi batu akik masih terjadi meski tidak semeriah masa jayanya.

Menurutnya, para pengepul di Muratara masih menerima pesanan dari luar daerah seperti Jakarta dan Surabaya.

"Pembelinya kebanyakan dari luar negeri, termasuk dari Cina dan Korea. Informasinya, batu-batu ini akan dilelang kembali."

BACA JUGA:Dalami Alat Bukti, Penyidik Kembali Periksa 2 Saksi Kasus dugaan Korupsi Aktivitas Tambang Batu Bara

BACA JUGA:Jalin Kemitraan, Pj Bupati Empat Lawang Fauzan Khoiri Denin Belajar Sektor Pariwisata di Kota Batu

"Namun, yang paling banyak dicari adalah batu kristal seperti Red Muratara, Teratai, Tawon, dan jenis kristal lainnya," jelasnya pada Kamis, 13 Juni 2024.

Adi juga menambahkan bahwa permintaan lokal terhadap batu alam masih ada, terutama untuk batu dengan nilai ekonomi tinggi seperti batu cinnebar.

Batu ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan air perak atau merkuri, yang banyak diminati oleh penambang emas.

"Banyak yang mencari batu cinnebar untuk membuat air perak. Harga pasaran cinnebar sekitar Rp40-50 ribu per kilogram," tambahnya singkat.

BACA JUGA:Hajar Aswad: Batu dari Surga, Pernah Hilang sampai Pecah jadi 8 Bagian, Begini Kisahnya!

BACA JUGA:Jengah Truk ODOL Melintas Malam Hari di Jalan Cor Batukuning, Warga Portal Akses Jalan Selama 19 Jam Lebih

Batu cinnebar di Muratara cukup mudah ditemukan dan sering digunakan oleh masyarakat sebagai bahan utama dalam pembangunan rumah, menggantikan batu kali untuk pondasi.

Namun, batu ini lebih dicari oleh mereka yang berkecimpung di bidang pertambangan emas tradisional. "Air perak digunakan untuk menyatukan dan memisahkan emas dari logam lain," jelasnya.

Anang, seorang penambang emas di Muratara, mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan air perak, mereka biasanya membeli dari agen khusus, toko emas, atau memesan secara online.

Harga air perak atau merkuri aktif di pasaran online mencapai Rp1,8 juta per kilogram. "Jika membuat sendiri, biayanya lebih terjangkau meski prosesnya panjang," ujarnya.

BACA JUGA:Produksi Batu Bara Sumsel Baru 15 Persen, Hingga Kuartal I, dari Target 131,2 Juta Ton

BACA JUGA:Bergerak Malam, Truk ODOL Bermuatan Batu Bara Terguling, Sopirnya Pilih Kabur

Proses pembuatan air perak dari batu cinnebar melibatkan penghancuran batu hingga menjadi bubuk, lalu dicampur dengan bubuk natrium sulfat dan soda api.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan