Pahami 5 Hal Tentang Qadha Puasa Ramadan
QADHA: Qadha puasa Ramadhan wajib dilaksanakan sebanyak hari yang telah ditinggalkan.-FOTO : IST-
PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Qadha puasa Ramadan wajib dilaksanakan sebanyak hari yang telah ditinggalkan.
Sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 184. Dan tidak ada ketentuan lain mengenai tata cara qadha selain dalam ayat tersebut.
Adapun mengenai wajib tidaknya atau qadha puasa dilakukan secara berurutan, ada dua pendapat.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa jika hari puasa yang ditinggalkannya berurutan maka qadha harus dilaksanakan secara berurutan pula.
BACA JUGA:6 Kegiatan yang Makin Baik Dilakukan saat Puasa
BACA JUGA:4 Strategi Mengelola Uang di Bulan Puasa, Awas Kalap di Bukber!
Lantaran qadha merupakan pengganti puasa yang telah ditinggalkan, sehingga wajib dilakukan secara sepadan.
Pendapat kedua, menyatakan bahwa pelaksanaan qadha puasa tidak harus dilakukan secara berurutan.
Lantaran tidak ada satu pun dalil yang menyatakan qadha puasa harus berurutan.
Sementara Al-Baqarah ayat 184 hanya menegaskan bahwa qadha puasa, wajib dilaksanakan sebanyak jumlah hari yang telah ditinggalkan.
BACA JUGA:Tradisi Ngabuburit di Indonesia, Unik dan Hanya Ada Saat Bulan Puasa Ramadan
BACA JUGA:Tidur Siang Saat Puasa Ternyata Miliki Manfaat Kesehatan Berlimpah, Cek Yuk Apa Saja
Selain itu, pendapat ini didukung oleh pernyataan dari sebuah hadits yang sharih jelas dan tegas).
Dari kedua pendapat tersebut di atas, kami lebih cendong kepada pendapat terakhir, lantaran didukung oleh hadits yang sharih (jelas).
Sementara pendapat pertama hanya berdasarkan logika yang bertentangan dengan nash hadits yang sharih, sebagaimana terse.but di atas.
Dengan demikian, qadha puasa tidak wajib dilakukan secara berurutan. Namun dapat dilakukan dengan leluasa, kapan saja dikehendaki.
BACA JUGA:Menjaga Kebugaran Saat Puasa: 3 Jenis Latihan Efektif di Gym yang Direkomendasikan!
BACA JUGA:7 Tips Berpuasa Tapi Tetap Mau Menjalankan Diet
Boleh secara berurutan, boleh juga secara terpisah.
Berikut ini ada beberapa hal tentang qadha puasa yang mungkin sebagian kita belum tahu.
1. Qadha’ puasa tidak boleh dibatalkan kecuali jika ada uzur yang dibolehkan sebagaimana halnya puasa Ramadhan.
2. Tidak wajib membayar qadha’ puasa secara berturut-turut, boleh saja secara terpisah. Karena dalam ayat diperintahkan dengan perintah umum,
فعدة من أيام أخر
“Hendaklah mengqadha’ (mengganti puasanya) di hari lainnya.” (QS. Al-Baqarah: 184, 185)
3. Jika puasanya batal satu hari, maka qadha’nya juga satu hari, bukan dua hari sebagaimana anggapan sebagian orang.
4. Qadha’ puasa tetap wajib berniat di malam hari (sebelum Shubuh) sebagaimana kewajiban dalam puasa Ramadhan.
Puasa wajib harus ada niat di malam hari sebelum Shubuh, berbeda dengan puasa sunnah yang boleh berniat di pagi hari. Lihat bahasannya di sini.
5. Ketika ada yang melakukan qadha’ puasa lalu berhubungan intim di siang harinya, maka tidak ada kewajiban kafarah, yang ada hanyalah qadha’ disertai dengan taubat.
Kafarah berat (yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu berarti berpuasa dua bulan berturut-turut.
Jika tidak mampu berarti memberi makan pada 60 orang miskin dan hanya berlaku untuk puasa Ramadhan saja.
Mereka yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan.
Mereka yang mengqadha puasa Ramadhan juga wajib memasang niat puasa qadhanya di malam hari, setidaknya menurut Mazhab Syafi’i.
Adapun lafal niat qadha puasa Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Semoga Allah menerima uzur dan qadha puasa Ramadhan kita. Wallahu a‘lam. (rf)