Wah! Ini Dia Sebab WHO Minta Semua Negera Larang Rokok Elektrik dengan Perasa
SUMATERAEKSPRES.ID-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah di semua negara untuk memperlakukan rokok elektrik beraroma (vape) seperti rokok tembakau atau rokok konvensional.
Melansir dari Reuters, WHO menegaskan, penggunaan vaping akan mendorong perusahaan-perusahaan tembakau besar beralih ke rokok elektrik sebagai alternatif rokok konvensional.
WHO juga mengonfirmasi penggunaan rokok elektrik sudah dilarang di 34 negara pada Juli tahun ini, di antaranya adalah Brazil, India, Iran dan Thailand.
Namun, banyak negara kesulitan menegakkan peraturan terkait penggunaan rokok elektrik.
Karena dalam banyak kasus, rokok elektrik tersebut masih bisa ditemukan di pasar gelap.
BACA JUGA:WHO Terbitkan Informasi Cepat Obat Pencegah TBC
BACA JUGA:Nick Carter Siap Sapa Jakarta Lewat Tur Konser Who I Am pada 26 Mei 2024 mendatag
Merujuk penelitian yang ada, hingga saat ini belum ada bukti bahwa vaping sebenarnya bisa menjadi alternatif bagi perokok untuk berhenti mengonsumsi rokok konvensional.
Faktanya, vaping juga dapat menyebabkan masalah kesehatan dan meningkatkan kecanduan nikotin di kalangan non-perokok, terutama anak-anak dan remaja.
“Anak-anak terjebak pada usia dini untuk menggunakan rokok elektrik dan mungkin menjadi kecanduan nikotin,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Disebutkannya, di semua wilayah dengan pemasaran agresif, vaping lebih banyak digunakan oleh anak usia 13-15 tahun dibandingkan orang dewasa.
BACA JUGA:Awas, Garam Adalah Bumbu yang Mematikan, WHO Ungkap Fakta Mengejutkan Ini!
BACA JUGA:WHO Sebut Penyakit X Jadi Bahaya Baru Yang Lebih Mematikan dari Covid-19
WHO mendesak negara-negara untuk menerapkan perubahan, termasuk melarang penggunaan rasa vape seperti mentol, serta menerapkan langkah-langkah pengendalian tembakau terhadap vaping.
WHO tidak mempunyai kewenangan terhadap peraturan di setiap negara, namun hanya dapat memberikan panduan, yang rekomendasinya kemudian diadopsi secara sukarela.
WHO mengatakan meski risiko kesehatan jangka panjang dari vaping masih belum diketahui secara pasti, namun terbukti bahwa vaping juga menghasilkan beberapa zat yang memicu kanker, menyebabkan gangguan kesehatan jantung dan paru-paru, serta mempengaruhi perkembangan otak di kalangan remaja.