PERINGATAN: CEO Perusahaan Disamaratakan Menggunakan AI, Rp 400 Miliar Lenyap
Dalam ranah kemajuan teknologi, kecerdasan buatan (AI) dapat memiliki dampak positif maupun negatif seperti pedang bermata dua.-Foto: Net-
SUMATERAEKSPRES.ID - Dalam ranah kemajuan teknologi, kecerdasan buatan (AI) dapat memiliki dampak positif maupun negatif seperti pedang bermata dua.
Sementara itu mengoptimalkan tugas manusia, AI juga menjadi jalur baru untuk kegiatan kriminal.
Baru-baru ini, kasus penipuan online muncul, menggunakan modus operandi baru yang memanfaatkan AI, dan salah satu entitas yang menjadi korban adalah sebuah perusahaan keuangan multinasional berbasis di Hong Kong.
Sejumlah besar US$ 25,6 juta, sekitar Rp 400 miliar, lenyap dari kas perusahaan tersebut.
BACA JUGA:12 Tips Sederhana untuk Membuat Video
BACA JUGA:Lebaran Mau Gaya Naik Sedan? Cus, 5 Pabrikan Ini Sudah Di Bawah Rp40 Juta
Modus operandi melibatkan penggunaan teknologi deepfake, yang populer seiring dengan perkembangan sistem AI.
Deepfake menggunakan AI untuk mengubah atau membuat konten visual seperti foto dan video.
Hasil yang dihasilkan oleh alat deepfake seringkali sangat realistis dan sulit dibedakan dari konten asli, mengakibatkan kesalahan persepsi bagi mereka yang melihatnya.
Dalam kasus penipuan perusahaan keuangan ini, para pelaku menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai CFO perusahaan.
BACA JUGA:5 Aplikasi Editing Yang Dapat Kamu Gunakan Untuk Pemula
BACA JUGA:Tips Public Speaking Agar Tidak Salah untuk Pemula.
Polisi Hong Kong mengungkapkan bahwa si palsu CFO memulai panggilan konferensi video, di mana korban melihat beberapa karyawan lain yang diduga hadir.
Baron Cahn Shun-ching, anggota kepolisian Hong Kong, menyatakan, "Ternyata semua orang dalam panggilan video tersebut adalah palsu."