Sarankan Penderita Konsumsi Ekstrak Ikan Gabus, Rutin Berolahraga

Dr dr Nur Riviati,Sp.PD, K-Ger, FINASIMDr FINASIM-Foto: sumeks-

Dr dr Nur Riviati,Sp.PD, K-Ger, FINASIM, Raih Gelar Dokter Teliti Penyakit Sarkopenia pada Lansia 

SUMATERAEKSPRES.ID - Pada usia lanjut seringkali ditemukan terjadinya Sarkopenia. Penyakit yang ditandai dengan hilangnya massa otot, diikuti penurunan kekuatan otot atau performa fisik.  Penelitian tentang ini mengantarkan Dr dr Nur Riviati SpPD K-Ger FINASIM meraih gelar doktornya di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri). 

Kemas Achmad Rivai - PALEMBANG

Meningkatnya populasi kalangan lanjut usia (lansia) di banyak negara, termasuk Indonesia diikuti dengan peningkatan penderita Sarkopenia. Kondisi ini memunculkan keprihatinan sekaligus rasa keingintahuan dari Dr dr Nur Riviati. Dia pun akhirnya melakukan penelitian tentang penyakit ini.

"Terjadinya proses penuaan otot lumrah terjadi di kalangan lansia. Padahal otot rangka di usia lanjut sangatlah penting artinya bagi ketahanan dan kesehatan tubuh lansia," jelas dia  saat dibincangi di Kampus FK Unsri Jl Madang, Rabu (3/1). 

Nah, penelitian tentang itu dia tuangkan dalam disertasi doktornya. Kemarin, Dr Nur Riviati berhasil mempertahankan disertasi itu di hadapan tim penguji yang terdiri dari Dr dr H Zulkhair Ali SpPD KGH FINASIM,  Prof Dr dr Irfanuddin SpKO MPd.Ked serta Dr dr Probosuseno SpPD K-Ger selaku penguji luar dari FK UGM. 

BACA JUGA:Penyakit DBD Telah Satu Korban, Tunggu Hasil Diagnosis Dokter

BACA JUGA:Fakta Seputar Penyakit Kusta, Infeksi Kronik pada Kulit

Sementara, promotor untuk sidang disertasi doktor kali ini Dr dr Legiran dan co-promotor masing-masing Dr dr Irsan Saleh dan Dr dr Taufik. Untuk penelitiannya ini, Dr dr Nur Riviati melakukannya hanya dalam kurun waktu dua minggu. Dia mengambil sampel sebanyak 562 lansia yang menjalani pengobatan di RSUP Mohammad Husein. 

Hasil penelitiannya, sebanyak 14 persen dari 562 pasien lansia tersebut mengalami Sarkopenia. Terhadap pasien yang mengalami Sarkopenia itu dilakukan screening dengan melakukan pemeriksaan lingkar betis.  Kemudian, disiapkan kuisioner dengan lima pertanyaan sekaligus diminta mempraktekkan. 

Di antara pertanyaannya, apakah pasien tersebut mampu mengangkat beban seberat 5 kilogram. Lalu, mampukan pasien naik ke sepuluh anak tangga. Kemudian, apakah pasien tersebut memiliki riwayat penyakit jantung atau tidak.  

Pertanyaan itu ada kaitan dengan penyakit Sarkopenia yang menyebabkan peningkatan risiko jatuh, patah tulang, penurunan kualitas hidup, kematian dan kesakitan pada usia lanjut. Faktor yang berperan utama terjadinya Sarkopenia antara lain inflamasi sistemik derajat rendah dan hilangnya homeostasis protein otot. 

BACA JUGA:Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe Tutup Usia, Saat Eksepsi Ungkap Idap Penyakit Ini

BACA JUGA:Waspada Penyakit DBD Disini Sudah Mulai Memakan Korban

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan