Operasi Transplantasi Ginjal Masih Jarang Dilakukan, Ternyata Ini Alasannya
Dr Zulkhair Ali menjelaskan alasan kenapa operasi transplantasi ginjal masih jarang dilakukan--
PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID. Senin 30 Oktober 2023, rencananya Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang akan melakukan operasi Transplantasi Ginjal ke-5.
Cagkok ginjal itu, akan dilakukan pada seorang pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 30 tahun.
Mengapa transplantasi ginjal masih jarang dilakukan?
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan Ginjal Hipertensi sekaligus Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSMH Dr. dr. Zulkhair Ali, Sp. PD, KGH, FINASIM mengatakan alasannya sederhana.
BACA JUGA:RSMH Gelar Transplantasi Ginjal Pasien Kelima
BACA JUGA:Perhatian, Hal ini Bisa Picu Gagal Ginjal
“Untuk cangkok (transplantasi) ginjal kita butuh donor dan sampai sekarang ini yang masih sulit kita temukan di Indonesia terutama maupun di luar negeri masih sulilt tidak mudah mencari donor ini,” katanya.
Apalagi di Indonesia masih menggunakan donor hidup.
Dan pendonor ini sangat susah ditemukan karena banyak yang masih ragu karena menjadi donor.
Masih banyak yang beranggapan jika seseorang mendonorkan ginjalnya maka pendonor itu juga akan mengalami sakit atau gagal ginjal.
Padahal, kata Dr Zulkhair, menurut penelitian dengan pemeriksaan yang seksama dan lengkap jarang sekali pendonor ini jadi gagal ginjal.
“Oleh sebab itu kita tidak perlu khawatir untuk menjadi donor dan satu syarat lagi untuk donor ginjal ini tidak boleh diperjual belikan,” tegaskan.
BACA JUGA:Peserta BPJS Dominasi Pasien RSMH
BACA JUGA:Bukan Hanya Obat, RSMH Palembang Kini Buka Layanan Klinik Nyeri Terpadu
Ia pun mengundang bagi siapa saja yang ingin tahu lebih banyak dipersilahkan ke klinik ginjal dan hipertensi RSMH.
“Baik itu calon resipien maupun siapa saja yang ingin menjadi pendonor ginjal,” ajaknya..
Ia mengungkap, dalam proses transplantasi Ginjal diperkirakan memakan waktu 6-7 jam nantinya.
"Pendonor merupakan ayah kandunnya pasien sendiri, sebelumnya pasien dan pendonor sudah menjalani berbagai pemeriksaan, dan pasien merupakan pasien kita di RSMH yang sudah menjalani cuci darah sekitar 8 bulan,”katanya.
Lebih jauh dijelaskan, jika ginjal rusak ada dua kemungkinannya yakni ada yang akut dan ada yang kronis.
"Kalau akut itu yang berat tapi bisa sembuh lagi. Sedangkan yang kronis tidak bisa sembuh lagi,"jelasnya
Ia menegaskan, terapi pengganti ginjal ini ada dua yakni, Transpalasi Ginjal (cangkok ginjal), dan Cuci Darah (cuci darah ada dua pakai mesin dan cuci darah melalui perut pakai air).
"Transpalasi ginjal merupakan solusi terapi terbaik bagi pasien penderita gagal ginjal.
BACA JUGA:Kemoradiasi, Layanan Kanker Terpadu di RSMH
BACA JUGA:RSMH Makin Dewasa dan Maju dalam Pelayanan Kesehatan di Sumatera Bagian Selatan
Kualitas Hidupnya menyerupai orang sehat iyalah cangkok ginjal, setelah dilakukan transpalasi ginjal, pasien gagal ginjal dapat hidup normal seperti orang pada umumnya,"ucapnya seraya mengatakan tingkat keberhasilan lebih dari 85 persen.
Masih kata dia, orang yang cuci darah di Sumsel mendekati angka 2000 orang sementara di RSMH sekitar 400-500 orang.
"Mereka ini pada dasarnya mau cangkok ginjal dan BPJS mau membiyayai. Hanya saja siapa pendonornya,” katanya.
Sebab, dalam donor ini tidak boleh ada yang jual beli.
“Ini yang sangat kita jaga dan pastikan bahwa pendonor orang yang benar-benar iklas mendonorkan ginjalnya,"tegasnya
Ditanya mengenai tingkat keberhasilan, ia menjelaskan, dari empat orang telah menjalani cangkok ginjal sebelumnya berbagai macam.
Ada yang sampai sekarang masih aktif, ada yang kembali ke cuci darah, bahkan ada yang sudah meninggal.
"Itu tergantung faktor kepatuhan pasien tersebut untuk meneruskan pengobatan. Sebab itu yang menjadi masalah walau ditanggung pemerintah melalui BPJS tapi terkadang pasien mengabaikan untuk makan obat-obatan,"tegasnya. (nni/lia)