Gelombang Panas Terjang Asia
Rayakan Lebaran, Warga Sumsel Diimbau Waspada
PALEMBANG - Gelombang panas tengah melanda sebagian wilayah Asia. Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan berlangsung dalam jangka waktu cukup lama. Sinar ultraviolet (UV) begitu menyengat pada siang hari.
Untuk Indonesia, wilayah yang sudah terpapar yakni bagian Tengah hingga Barat pun sudah mulai intens terpapar. "Untuk Sumatera Selatan (Sumsel), karena letaknya di bagian barat Indonesia, intensitas sinar UV masih kondisi normal," jelas Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Sumsel, Nandang Pangaribowo.
Berdasarkan data BMKG, wilayah Timur terpapar UV dengan Intensitas Moderate Dominan. Meski begitu, mayarakat Sumsel yang merayakan momen Lebaran diimbau tetap waspada terhadap potensi suhu udara yang menyengat. Terutama siang hingga menjelang malam.
“Sedapat mungkin hindari aktivitas yang terlalu lama terpapar sengatan matahari. Bagi yang beraktivitas dalam ruangan, harus menjaga sirkulasi udara agar baik sehingga udara panas di dalam ruang bisa terbuang keluar,” imbuhnya.
Saat ini, tren suhu pada di wilayah Sumsel memang menuju puncak pertama musim panas. Tertinggi bisa mencapai 33°C. Karena itu, meski hujan masih turun, tapi pada saat panas, teriknya begitu menyengat di kulit.
"Bulan April ini suhu udara telah menunjukkan tren peningkatan, berkisar 24°- 33°C, hingga maksimumnya Mei nanti," jelas Nandang. Dijelaskannya, pola suhu di Sumsel memiliki dua puncak, yaitu Mei dan Oktober.
Mei puncak pertama, Oktober puncak kedua. Hal ini berkaitan dengan gerak semu tahunan matahari yang baru saja melewati titik kulminasi utama di Sumsel pada 13 Maret 2023 lalu.
"Suhu maksimum tidak terjadi tepat saat matahari berada pada kulminasi utama, tapi setelahnya," kata dia. Untuk perkembangan kondisi iklim saat ini, wilayah Sumsel masih terjadi hujan. “Hari tanpa hujan berkisar 1-5 hari," bebernya.
Kondisi ini menyebabkan tingkat kelembaban relatif masih cukup tinggi. "Dampaknya, suhu udara yang dirasakan masyarakat akan lebih panas dari seharusnya," beber dia. Pada saat kelembaban relatif udara tinggi, artinya udara memiliki kadar air yang tinggi.
Dampaknya proses penguapan akan melambat. "Maka kita akan merasakan suhu udara akan menjadi lebih panas dibanding suhu udara sebenarnya," tukas Nandang. Bagi yang berpuasa dan dalam perjalanan mudik, diharap bisa mengantisipasi ini.
Di negara jiran, Menteri Kesehatan (Menkes) Malaysia Dr Zaliha Mustafa meminta penduduk mengambil langkah-langkah antisipasi. ’’Masyarakat harus membatasi aktivitas fisik dan waktu di luar rumah saat cuaca panas yang dapat menimbulkan penyakit,’’ ujarnya.
Warga Malaysia harus menggunakan masker wajah yang sesuai untuk meminimalkan paparan kabut asap. Juga menggunakan payung serta topi guna mencegah paparan langsung dari terik matahari.
Dr Zaliha mengimbau masyarakat untuk menghentikan aktivitas yang bisa menyebabkan polusi udara.
Penduduk juga diminta untuk minum air hangat lebih banyak guna mencegah dehidrasi. Untuk mendinginkan tubuh, bisa mandi beberapa kali atau menggunakan AC. Filter berkualitas tinggi bisa dipakai untuk menyaring partikel kecil di udara dan mencegah udara di dalam rumah tercemar.
Saat ini, Pemerintah Malaysia juga tengah berencana memberlakukan pembatasan penggunaan air untuk keperluan yang kurang penting. Hal ini sebagai antisipasi cuaca yang lebih panas dan kering dalam beberapa bulan ke depan.
Selain Malaysia, bulan ini beberapa negara di Asia juga mengalami gelombang panas. Di Laos, suhu di Luang Prabang pada Selasa (18/4) lalu mencapai 42,7 derajat Celcius. Angka itu rekor terpanas di negara tersebut. Di Thailand, selama akhir pecan lalu, suhu rata-rata mencapai 45 derajat Celcius untuk kali pertama dalam sejarah. Di daerah Bang Na, Bangkok, suhu bisa mencapai 52,3 derajat Celcius.
Biasanya, April dan Mei merupakan bulan-bulan terpanas dalam setahun untuk wilayah Asia Selatan dan Tenggara. Sebab, terjadi kenaikan suhu sebelum musim hujan mulai datang. Suhu yang sangat panas juga telah menyebar luas di seluruh Tiongkok.
Di seluruh Asia Selatan seperti Pakistan, India, Nepal, dan Bangladesh, semuanya juga mengalami suhu yang mencapai 40 derajat Celcius selama beberapa hari. Di negara bagian Maharashtra, India, setidaknya 13 orang tewas akibat sengatan panas setelah menghadiri upacara penghargaan negara pada Minggu (16/4) lalu. Lebih dari 1 juta orang menghadiri acara di Navi Mumbai itu. Dari jumlah itu 50-60 orang juga terpaksa dirawat di rumah sakit. (tin/*/mh)