Perkenalkan Pakaian Adat Pengantin hingga ‘Ngantat Ajang’

PAKAIAN ADAT: Midang Morge Siwe adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat OKI untuk memperkenalkan pakaian adat dari 9 kelurahan yang diikuti para muda mudi. FOTO: NISA/SUMEKS--
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Di momen perayaan Idulfitri, banyak tradisi yang dilakukan berbagai daerah di Sumsel. Bahkan hingga kini, tradisi tersebut tetap dilestarikan dan tidak tergerus jaman. Sebut saja yang paing populer adalah Midang Morge Siwe di OKI dan Rantangan di Empat Lawang.
Tradisi Midang Morge Siwe atau Midang Lebaran Idulfitri sudah sejak lama digelar Pemerintah Kabupaten OKI. Bahkan, acara Midang ini selalu ditunggu masyarakat OKI khususnya Kayuagung.
BACA JUGA:Tradisi Sarah Bawa Rantang di Hari Lebaran
BACA JUGA:Nyelimut dalam Pernikahan Suku Ogan yang Hampir Hilang
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas mengungkapkan, kegiatan midang ini sudah menjadi event tahunan yang selalu digelar pada lebaran ke 3 dan ke 4.” Biasanya digelar selama dua hari karena banyaknya peserta yang ikut,"terangnya.
Bahkan sudah ada sejak abad ke 17 diikuti para muda-mudi yang ada di 9 kelurahan untuk memperkenalkan pakaian adat
dari masing-masing kellurahan. Yakni, Kelurahan Kayuagung Asli, Perigi, Kotaraya, Kedaton, Jua-jua, Sidakersa, Mangunjaya, Paku dan Sukadana.
Biasanya mereka yang berbaris itu tersusun maju inti atau baju pengantin, diikuti dengan Maju Manjao Kahwin.
" Maju Manjao Kahwin ini mereka yang merupakan sama-sama warga Kayuagung tapi berasal dari kelurahan berbeda. Pria menggunakan jas dan perempuan menggunakan kebaya,"bebernya.
Selanjutnya diikuti oleh Maju Muhla, yakni peserta akan mengenakan tujuh macam kebaya yang dipakai malam mula pas malam acara dimulai.
Dibelakangnya ada pasangan setakakan atau nikah lari menggunakan pakaian angkinan dengan selendang songket ditutupkan di atas kepala.
Lalu maju berayau yang dilakukan calon mempelai perempuan adalah ia yang mengundang warga sekampung. Mereka mengenakan baju kebaya.
Ada maju moyot pertama atau kondangan pertama setelah menikah mempelai perempuan mengenakan baju angkinan dan di atas kepala menggunakan nangkunang.
Maju Ana Tuoi mengenakan baju angkinan tapi tidak menggunakan sunting di atas kepala. Selanjutnya ada yang mengenakan baju besabai atau seragam dengan besan.