https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mudik Lebaran: Tradisi Pulang Kampung yang Sarat Makna

Mudik Lebaran: Tradisi Pulang Kampung yang Sarat Makna-foto:Pinterest-

SUMATERAEKSPRES.ID – Setiap menjelang Hari Raya Idulfitri, masyarakat Indonesia berbondong-bondong kembali ke kampung halaman dalam tradisi yang dikenal sebagai mudik.

Fenomena ini bukan hanya sekadar perjalanan, tetapi juga memiliki makna historis dan sosial yang mendalam.

Sejarah dan Asal Usul Mudik

Kata "mudik" berasal dari bahasa Jawa, yaitu "mulih dilik," yang berarti "pulang sebentar."

BACA JUGA:Super Air Jet Hadirkan Tiket Lebih Terjangkau untuk Mudik Lebaran 2025

BACA JUGA:Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan PLN Sambut Mudik Lebaran 2025, Kunjungi SPKLU di Banten

Tradisi ini telah berlangsung sejak zaman kerajaan di Nusantara, ketika perantau kembali ke desa untuk berkumpul bersama keluarga.

Namun, mudik dalam konteks modern mulai berkembang pesat pada era Orde Baru, seiring dengan urbanisasi besar-besaran yang membuat banyak orang tinggal jauh dari kampung halamannya.

Pada awalnya, mudik lebih banyak dilakukan oleh para pekerja dari desa yang merantau ke kota.

Namun, seiring waktu, tradisi ini menjadi kebiasaan luas yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat.

Tak hanya di Indonesia, tradisi serupa juga ditemukan di negara lain, seperti "Chunyun" di Tiongkok saat perayaan Imlek.

Makna Sosial dan Budaya

Mudik tidak hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga memiliki makna emosional yang mendalam.

Bagi banyak orang, mudik adalah momen untuk melepas rindu, mempererat tali silaturahmi, serta memperkuat identitas kultural.

Selain itu, tradisi ini juga mencerminkan nilai gotong royong, di mana sesama pemudik saling membantu dalam perjalanan yang penuh tantangan.

BACA JUGA:Masih Banyak Jalan Rusak, Rawan Tergenang Banjir, Kondisi Jalur di Sumsel Jelang Mudik Lebaran 2025

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan