Tanamkan Mindset, Tidak Hanya Omongan
*Aldy SP, petugas PPL di desa Tanjung Seteko kecamatan Indralaya, Ogan Ilir.
Menanamkan mindset dari membeli jadi menghasilkan merupakan kunci utama dari program gerakan sumsel mandiri pangan (GSMP). Banyak tantangan tersendiri yang dirasakan petugas penyuluhan pertanian lapangan (PPL). Seperti halnya yang dirasakan Aldy Sp, petugas PPL di desa Tanjung Seteko kecamatan Indralaya, Ogan Ilir.
ANDIKA - Ogan ilir
SEJAK 2007, Aldy sudah jadi penyuluh pertanian bagi masyarakat di BPP Kecamatan Indralaya. Diawal program 2022 lalu, Aldy sudah jadi pendamping bagi 30 RTM desa Tanjung Seteko yang mendapat bantuan stimulus GSMP. "Sebenarnya penilaian masyarakat terkait GSMP itu beragam. Memang itu jadi tantangan kita, tapi punya mindset dan tujuan yang bagus. Mengajak masyarakat untuk sadar dan memanfaatkan potensi yang bisa di berdayakan dari sekitar pekarangan rumah," ujar ahli pertanian lulusan Universitas Sriwijaya ini.
Seperti contoh, manfaat dari menanam sayur dapat di olah sendiri untuk tambahan olahan makanan dapur rumah tangga. "Minimal menambah mindset masyarakat. Bahkan jika lebih siap dan dijalankan dengan serius bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan," ungkapnya.
Menilai dari segi mindset diyakininya 30 RTM sudah paham betul. Namun, jika dibandingkan dari segi hasil realisasinya kembali lagi ke tiap pribadi RTM masing-masing yang menjalankan. Sesuai dengan kebiasaan dan pola hidupnya.
Bukan perkara gampang untuk sekedar menyampaikan penyuluhan kepada masyarakar. "Tidak cukup sekali kita beri omongan. Makanya kalau hanya sekedar ngomong tidak diimbangi dengan program orang tidak bisa lihat hasilnya. Namun dengan program seperti GSMP dan bantuan stimulan ini, akan lebih cepat tertanam dalam hati masyarakat," tukasnya.
Menurutnya, bukan sekedar memberi penyuluhan semata. Petugas PPL juga harus menjadi penggerak dan memotivasi warga agar terpancing dan timbul kemauan. Tidak sungkan mengantarkan langsung bibit tanaman ke alamat rumah warga. Memberikan bibit yang sudah tumbuh dan siap dirawat agar potensi kegagalan mengecil.
Terkadang memilihkan bibit ikan lele terbaik agar potensi keberhasilan panen tinggi. Terpenting adalah masyarakat melihat dan mencoba langsung. ‘’Kalau hanya dari omongam saja akan kurang berbekas,’’ ujarnya.
Dikatakan, mulanya bagaimana harus membuat warga senang dulu. ‘’Apabila ada manfaat yang mereka langsung rasakan maka dia akan senang. Kalau sekedar cerita-cerita saja mereka tidak dapat manfaat. Intinya buat RTM mendapatkan manfaat dulu, senang dan mereka akan mengembangkannya sendiri," ungkap Aldy.
Program GSMP membantu RTM diberikan stimulus sebagai pancingan modal awal. Seterusnya, dari hasil yang dikelola akan jadi modal berikutnya untuk dikembangkan ke tahap yang lebih besar lagi.
Tidak melulu soal berbicara penyuluhan pertanian di lapangan. Tidak jarang dirinya bersama kelompok tani yang juga RTM di GSMP berkumpul. Sharing, ngobrol, berdiskusi santai bahkan kadang diisi dengan tausyiah ringan. Membaur dengan warga dan ikut saling bersosialisasi di lapis kehidupan masyarakat. "Kalau dukanya insyaAllah tidak ada, kalau sukanya banyaklah. Dapat sudut pandang baru tentang pertanian, sambil belajar, dapat pengetahuan langsung tentang apa saja kendala dan cara mengatasinya di lapangan," jelasnya.
Semisal contoh, untuk membudidayakan ikan cenderung menuntut perhatian yang lebih dibanding tanaman. "Kalau tanaman masih bisa hidup asal diguyur hujan. Kalau ikan harus di beri makan, apalagi lele perlu pakan dengan nutrisi protein dan butuh biaya. Sedangkan orang berfikir daripada beli pakan ikan mending beli beras," katanya. Mindset seperti ini yang terkadang perlu di luruskan. Meskipun dimulai dari hal yang kecil, dapat menjadi besar jika ditekuni dengan konsisten. (*)