Ramadan Bulan Ukhuwah
Alhamdulillah kita bisa bertemu dan bersilaturahim dalam kondisi sehat walafiat dan dalam kondisi bersukacita. Karena kita sedang melaksanakan ibadah-ibadah dalam bulan penuh berkah. Bulan suci Ramadan tahun 1444 H.
Bulan Ramadan disebut dengan Syahrul Ukhuwah (Bulan Persaudaraan) dan ini tentunya secara sadar diakui semua umat Islam. Karena pada bulan suci inilah kita akan menemukan banyak sekali praktik ibadah dan kegiatan yang merefleksikan persaudaraan seiman antara kita sesama muslim.
Allah swt berfirman yang artinya, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah swt, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10).
Inilah ayat Allah swt yang popular, yang selalu mengingatkan kita tentang urgensi persaudaraan. Tentang bagaimana kita merawat persaudaraan di antara kita. Tentang menjauhi hal-hal yang tentunya dapat merusak persaudaraan di antara kita. BACA JUGA : Sahur Nasi Kabsah, Resto Buka sampai Fajar
Pada bulan suci Ramadan seperti ini, alhamdulillah mendapatkan satu kondisi yang kondusif untuk merajut persaudaraan. Dibuktikan dengan banyak kegiatan yang sesungguhnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama atas nama Ukhuwah Fillah (persaudaraan karena Allah). Seperti kita berpuasa bersama di siang hari, di malam hari kita salat tarawih berjemaah di masjid. Kita tadarus Alquran, kita sahur bersama, kita memberi makan untuk berbuka kepada saudara-saudara kita, dan lain sebagainya.
Alhamdulillah pada Ramadan seperti ini kita dilatih untuk menjaga dan merawat persaudaraan tersebut. Tentunya hal seperti ini kita harapkan bukan saja di bulan Ramadan, tapi berkelanjutan sepanjang umur kita. Oleh karenanya, Alquran ayat 11-18 surat Al-Hujurat memberikan petunjuk teknis dan pelaksanaan. Bagaimana semestinya apa yang harus dijauhi ketika mempraktikkan persaudaraan tersebut di mana saja dan kapan saja. Allah swt pada ayat-ayat tersebut mengingatkan kita tentang etika bersaudara.
Di antaranya tidak merasa sombong dan merasa lebih baik daripada saudara lainnya. Tidak boleh saling menyakiti, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Tidak boleh memanggil sesama dengan panggilan yang tidak mengenakkan seperti julukan yang menyakiti hati.
Kemudian menjauhi su’udzon yaitu prasangka yang buruk (negative thinking) terhadap saudara-saudara kita. Menjauhi tajassus (memata-matai/mencari-cari kesalahan dan aib orang lain). Menjauhi ghibah (menggunjing), yaitu membicarakan aib saudara kita sementara sikap yang baik dan terpuji adalah menutupi aib saudara kita tersebut.
Inilah adab (etika) persaudaraan yang harus kita jaga dan praktikkan sehari-hari dalam kehidupan kita, sehingga bangunan persaudaraan seiman kita berdiri tegak dan terawat. Bahkan untuk menguatkan persaudaraan tersebut umat muslim diarahkan oleh agama islam untuk menegakkan tiga pilar penting persaudaraan. Yakni, mulai dari ta’aruf (saling mengenal) di antara kita agar kecintaan itu tumbuh. Ta’awun (bekerja sama), dengan dasar saling mengenal dan cinta kerja sama akan mudah dan kokoh. Kemudian, takaful atau saling memberikan perhatian, tolong menolong dalam mengatasi kesulitan, dan saling meringankan beban berat kehidupan.
Pada bulan Ramadan ini, kita diberi peluang oleh Allah swt untuk berlatih diri menjiwai persaudaraan tersebut. Antara lain dengan memberi takjil makan kepada saudara-saudara kita yang berpuasa, mengeluarkan zakat, baik zakat mal maupun zakat fitrah.
Semuanya itu tentunya buah dari apa yang dirasakan ketika sama-sama menjalani ibadah puasa di siang hari, menahan haus dan lapar dan hawa nafsu. Semuanya itu tentu refleksi dari jiwa yang merasakan persaudaraan seiman tersebut. Sehingga dari hati dapat terpanggil untuk memberikan perhatian kepada saudara-saudara yang belum sejahtera dan memberikan bantuan kepadanya.
Semoga Ramadan ini menjadi bulan penyadaran kita untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan watoniyah (persaudaraan seiman dan sebangsa) dalam rangka membangun NKRI yang kita cintai ini menjadi baldatun toyyibatun warabbun ghafur. (dik)